AI dalam Dakwah: Manfaat, Bahaya, dan Hikmah yang Harus Dijaga

 

Ilustrasi tangan manusia dan tangan robot yang hampir bersentuhan, dengan cahaya di antara keduanya dan latar kaligrafi Islam. Teks berbunyi: “AI dalam Dakwah: Menyentuh tanpa Kehilangan Nurani.”

Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah melimpahkan nikmat ilmu dan teknologi. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan sepanjang zaman, yang mendakwahi umat bukan hanya dengan kata, tapi dengan cinta dan hikmah.


🧠 Pembuka Reflektif: Apa Dakwah Hari Ini Masih Menyentuh Hati?

Bapak, Ibu, dan saudara-saudari yang dirahmati Allah,
Hari ini kita melihat dakwah menyebar di mana-mana.
Ada yang melalui YouTube, ada lewat TikTok, bahkan lewat chatbot Islami—robot teks yang bisa menjawab pertanyaan agama secara otomatis.

Tapi mari kita renungkan sejenak...

Apakah dakwah yang viral hari ini masih menyentuh hati?
Atau justru, hanya ramai di layar tapi kosong dari makna?


📲 AI dan Teknologi: Musuh atau Peluang?

Teknologi bukan musuh.
AI—kecerdasan buatan—bisa membantu kita menyebarkan kebaikan:

  • Ada aplikasi zikir otomatis

  • Ceramah pendek yang dibuat otomatis

  • Artikel Islami yang ditulis mesin

Menurut survei, 72% anak muda Muslim pertama kali belajar agama lewat internet. Ini artinya, AI bisa jadi alat dakwah yang luar biasa.


⚠️ Tapi Hati-Hati, Jangan Sampai Ruh Dakwah Hilang

Namun, saudara-saudaraku…
Sebagus apapun teknologi, AI tetap alat, bukan sumber hidayah.

Ada beberapa bahaya yang perlu kita waspadai:

  1. Kehilangan ketulusan
    AI bisa meniru kalimat bagus, tapi tak bisa menirukan zikir dan air mata keikhlasan.

  2. Kesalahan isi
    Sudah ada kasus AI mengutip hadits yang tidak sahih, bahkan menyesatkan jika tidak dicek manusia.

  3. Ganti talaqqi dengan Google
    Ilmu itu diturunkan dari guru ke murid, bukan dari mesin ke layar.

  4. Dakwah jadi konten viral, bukan nasihat ruhani
    Banyak konten AI yang potong ayat seenaknya demi likes dan view.


📖 Hikmah Tidak Bisa Diprogram

Allah berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...”
(QS. An-Nahl: 125)

Hikmah lahir dari hati yang belajar, dari guru yang menuntun, dari niat yang lurus.
Bukan dari sistem otomatis.


Apa yang Harus Kita Lakukan?

Sebagai pembuat konten, da’i, atau bahkan hanya sebagai pengguna media sosial:

  • Mari tetap cek ulang isi konten agama kita, valid atau tidak.

  • Jangan hanya kejar view, tapi niatkan karena Allah.

  • Jangan tinggalkan majelis ilmu hanya karena kita merasa cukup dengan Google atau AI.


💬 Penutup Renungan: Cahaya atau Sekadar Konten?

Saudaraku,
AI bisa menyusun kultum seperti ini.
Tapi hanya Allah yang bisa membuka hati.

Kalimat yang viral belum tentu menggetarkan iman.
Tapi kalimat yang keluar dari hati yang ikhlas, bisa menjadi hidayah bagi banyak jiwa.


🤲 Doa Penutup

Ya Allah,
Bimbing kami agar menggunakan teknologi ini untuk menyebarkan kebaikan,
Bukan untuk mengejar pujian.
Teguhkan hati kami agar tetap menuntut ilmu dengan adab,
Dan jangan biarkan kami tertipu oleh kemasan yang kosong dari hikmah.

Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.

Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumayyah binti Khayyat & Keteguhan yang Menembus Langit

Suara Zainab: Keberanian Putri Ali yang Menggetarkan Kekuasaan