🌌 Ngaji Kenceng, Tapi Etika Kendor: Saat Ilmu Tanpa Adab Jadi Bara

Ngaji Kenceng, Tapi Etika Kendor: Saat Ilmu Tanpa Adab Jadi Bara

                                                   
                                                     


🕌 Pendahuluan

Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh

Ilmu itu cahaya. 🌟 Tapi tanpa adab, cahaya itu bisa berubah menjadi bara yang membakar hati dan meretakkan ukhuwah.

Di era sekarang, semangat menuntut ilmu agama adalah anugerah besar. Masya Allah, kajian ramai, konten dakwah viral, dan banyak saudara kita berhijrah. Tapi, ada satu pertanyaan penting:

“Apakah semangat itu dibarengi dengan kelembutan hati dan adab Rasulullah ﷺ?”

Allah ﷻ berfirman:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)


🌱 Ketika Semangat Belajar Tidak Seiring dengan Sikap

Fenomena digital membuat dakwah makin mudah, tapi juga menghadirkan ujian baru. Kita sering melihat pola seperti ini:

  • Komentar pedas atas nama “amar makruf” 🗣️

  • Menyalahkan orang lain yang belum berhijrah 😔

  • Dakwah keras, bahkan kepada orang tua sendiri

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan dicabut dari sesuatu melainkan akan merusaknya.”
(HR. Muslim)

🌿 Refleksi:
Apakah kita sedang menegakkan agama,
atau membesarkan ego yang dibungkus dalil?


📖 Ilmu Tanpa Adab Bisa Menyakiti

Imam Malik rahimahullāh berkata:

“Pelajarilah adab sebelum menuntut ilmu.”

Adab adalah lantai tempat cahaya ilmu berpijak. Tanpa itu, ilmu justru bisa melukai:

  • Bicara tentang Islam, tapi lupa menjaga lisan

  • Berdakwah, tapi enggan mendengar

  • Berpenampilan syar’i, tapi mudah menghakimi

🌟 Kalimat Emas:

“Ilmu itu cahaya, tapi tanpa adab, ia bisa membakar hatimu dan menyilaukan orang lain.”


💭 Kisah Ammar: Hijrah, Tapi Keras

Ammar baru berhijrah. Ia rajin ikut kajian, membagikan nasihat di media sosial, dan menghafal ayat setiap hari.

Suatu sore, ibunya memintanya membantu di dapur. Ammar yang sedang menonton ceramah online menjawab dengan nada kesal:

“Ibu nggak tahu apa-apa soal agama!”

Ibunya terdiam, menahan air mata. Ammar merasa benar secara syariat, tapi ia lupa bahwa suara yang kasar bisa menghapus berkah ilmunya.

🌿 Hikmah:

“Ilmu seharusnya membuat kita lebih lembut, bukan lebih sombong.”


🧠 Refleksi: Apakah Ilmuku Membawa Cahaya?

Coba tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah aku mudah tersinggung saat dinasihati?

  • Apakah aku lebih cepat menyalahkan daripada mendoakan?

  • Apakah dakwahku menenangkan atau menekan?

Kalimat Renungan:

“Jangan nilai jalan hijrah orang lain,
jika kau sendiri belum selesai menapakinya.”


🌿 5 Prinsip Agar Ilmu Menjadi Cahaya, Bukan Bara

✅ Checklist Praktis:

  1. Niatkan Ilmu Karena Allah 🌿

    • Belajar bukan untuk tampak tahu, tapi untuk tunduk. Semakin dalam ilmu, semakin rendah hati.

  2. Belajar Adab Bersama Ilmu 🕊️

    • Rasulullah ﷺ membimbing dengan kasih, bahkan pada mereka yang memusuhinya.

  3. Dengarkan Sebelum Menyampaikan 👂

    • Ilmu bukan peluru, tapi pelita. Dengarkan dulu sebelum mengoreksi.

  4. Perbaiki Diri Tanpa Merasa Paling 🌱

    • Hijrah bukan kompetisi. Setiap orang punya waktunya masing-masing.

  5. Bijak di Dunia Digital 📱

    • Dakwah online bukan ajang debat kusir. Jaga tutur kata, komentar, dan interaksi.


📌 Tantangan Era Digital: Adab vs Viralitas

Hari ini, dakwah dan menuntut ilmu tak bisa lepas dari media sosial.
Namun, ada tantangan baru yang tak boleh diabaikan:

  • Dakwah keras tanpa empati → membuat orang menjauh

  • Cancel culture → menghakimi tanpa memberi ruang taubat

  • Konten dakwah sebagai branding → lupa esensi, sibuk mengejar likes

🌟 Hikmah Era Digital:

“Tak semua yang viral mendatangkan berkah,
tapi setiap adab yang dijaga pasti menghadirkan rahmat.”


🪞 Tanya-Jawab Reflektif

Q: Salah nggak menegur kesalahan orang lain?
A: Tidak salah, tapi lakukan dengan ilmu dan adab. Dakwah bukan hanya soal benar, tapi juga soal cara.

Q: Bagaimana menjaga hati agar tak merasa paling tahu?
A: Sering introspeksi. Ingat, kita pun pernah berada di posisi orang yang kita tegur.

Q: Bolehkah orang baru hijrah berdakwah?
A: Boleh, asalkan sambil terus belajar dan menjaga hati.


🤲 Doa: Agar Ilmu Melembutkan, Bukan Mengeraskan

اللَّهُمَّ اجعل علمي سببًا لِلِّينِ قَلبي، وَلَا تجعله سببًا لقسوتِه.
Jadikanlah ilmuku sebab kelembutan hatiku,
bukan sebab kerasnya hatiku.

Āmīn. 🌿


✍️ Langkah Nyata Hari Ini

  • Muhasabah niat sebelum menasihati

  • Jaga tutur kata, baik di dunia nyata maupun maya

  • Tangguhkan kritik, perbanyak doa

  • Belajar adab bersama ilmu, kapan pun dan di mana pun


🌟 Renungan Penutup

“Ilmu tanpa adab adalah bara,
tapi ilmu dengan akhlak… adalah cahaya.”

Sebelum membagikan ilmu, tanyakan pada diri:

“Sudahkah aku mempraktikkannya?”

Barakallahu fīkum 🌱
Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh



Baca juga:





Komentar

Postingan populer dari blog ini

✨Singa Betina dari Quraisy: Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Benteng Iman Sepanjang Zaman

🌌Belajar Mendengarkan Menurut Islam: Hadir dengan Hati, Bukan Sekadar Telinga

🕌Hidup Lebih Tenang dengan Ikhlas: Belajar dari Kisah Sahabat dan Ulama