✨ Utsman bin Affan: Teladan Dermawan yang Membeli Surga dengan Hartanya
🕌 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
🌌 Di Dunia yang Gemar Mengumpulkan, Ia Sibuk Memberi
“Siapa yang meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah akan melipatgandakan balasan baginya…”
(QS. Al-Baqarah: 245)
Saat dunia sibuk menumpuk harta, ia justru sibuk menghabiskannya untuk akhirat. Saat orang berlomba mengamankan kekayaan, ia justru mengamankannya di sisi Tuhan. Ia adalah Utsman bin Affan—sahabat yang tidak banyak bicara, tapi membangun peradaban dengan tangannya sendiri.
Ia membeli sumur untuk rakyat. Ia biayai tentara untuk jihad. Dan… ia membeli surga dengan hartanya.
🪶 Pemuda Kaya yang Merunduk kepada Allah
Utsman berasal dari Bani Umayyah, salah satu kabilah terpandang Quraisy. Hartanya berlimpah, bisnisnya sukses, namanya harum. Tapi yang membuatnya istimewa bukan semua itu. Justru karena di tengah kemewahan dunia, ia tetap memilih untuk sederhana dan tunduk pada kebenaran.
Ia masuk Islam melalui ajakan Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan sejak itu, hidupnya berubah. Ia tak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tapi untuk Allah dan umat ini.
“Wahai Utsman, Allah akan memakaikanmu baju (kekuasaan). Jika orang-orang ingin engkau melepaskannya, jangan lepaskan.”
(HR. Tirmidzi)
Nabi ﷺ mengenali kelembutan Utsman, sekaligus keteguhannya yang luar biasa.
💧 Sumur Raumah: Saat Air Adalah Tiket ke Surga
Di masa awal Madinah, umat Islam kekurangan air bersih. Satu-satunya sumur yang layak dikuasai oleh orang Yahudi dan dijual mahal. Nabi ﷺ bersabda:
“Siapa yang membeli sumur Raumah, maka baginya surga.”
(HR. An-Nasa’i)
Utsman pun membelinya dan mewakafkan sumur itu untuk umat. Tanpa syarat. Tanpa imbalan.
Ia tidak bertanya, “Berapa pahalanya?”
Ia hanya ingin: Allah ridha.
🛡️ Membiayai Pasukan Tabuk: Ketika Derma Menyelamatkan Umat
Perang Tabuk adalah ujian berat bagi umat Islam. Pasukan harus dibentuk cepat, biaya besar, dan logistik minim. Maka Rasulullah ﷺ berseru:
“Siapa yang menyiapkan pasukan Tabuk, maka baginya surga.”
(HR. Bukhari)
Utsman langsung berdiri. Ia menyumbangkan:
-
950 unta lengkap dengan pelana dan perbekalan,
-
50 kuda,
-
1.000 dinar emas—yang saat itu nilainya luar biasa besar.
Rasulullah ﷺ menggenggam emas dari Utsman dan berkata:
“Tidak ada yang membahayakan Utsman setelah hari ini.”
(HR. Tirmidzi)
Sebuah pengakuan… bahwa derma bisa menjadi jalan menuju ampunan dan jaminan keselamatan.
🤲 Refleksi: Kalau Hartamu Tak Bisa Membeli Surga, Untuk Apa Disimpan?
Utsman mengajarkan bahwa kekayaan bukan untuk dibanggakan, tapi digunakan.
Dalam sosiologi Islam, konsep “waqaf” bukan hanya donasi, tapi pengabdian sosial yang berkelanjutan—harta yang terus mengalir meski pemiliknya telah tiada.
Saat banyak orang menyembah hartanya, Utsman justru menginfakkan hartanya untuk menyembah Allah.
📌 Apakah kita rela memberi, meski tak dikenal?
📌 Apakah kita siap bersedekah, walau tak viral?
📌 Apakah kita percaya... bahwa memberi itu menyelamatkan?
🎯 Langkah Nyata ala Utsman bin Affan
Hari Ini:
✅ Sisihkan sebagian harta untuk infak atau sedekah diam-diam
✅ Bantu masjid, lembaga pendidikan, atau saudara terdekat
✅ Tahan keinginan membeli hal yang tak perlu—salurkan untuk akhirat
✅ Baca doa agar hati lapang dalam memberi
Pekan Ini:
✅ Coba mulai wakaf buku, air minum, atau fasilitas umum
✅ Ajak anak-anak belajar nilai “memberi” dari kisah Utsman
✅ Evaluasi: Berapa persen hartamu rutin untuk akhirat?
✅ Rancang proyek infak kecil-kecilan bersama teman
🌠 Penutup: Harta yang Tersisa Adalah yang Diberikan
Ya Allah…
Beri kami hati seperti Utsman,
Yang tenang saat memberi,
Yang ikhlas saat ditinggalkan dunia,
Yang yakin bahwa surga bisa dibeli dengan kerendahan hati dan kemurahan tangan.
🕌 Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
📚 Referensi:
-
HR. Bukhari, Tirmidzi, An-Nasa’i
-
Ath-Thabaqat al-Kubra – Ibn Sa’ad
-
Siyar A‘lam an-Nubala’ – Adz-Dzahabi
-
The Waqf in Muslim Civilization, ed. Ali al-Sayyid
Komentar
Posting Komentar