Abdurrahman bin Auf: Pedagang Jujur, Dermawan, dan Takut Hisab
Ketika Kekayaan Tak Menjadikanmu Ringan Hisab, Tapi Menjadikanmu Menangis
“Apa yang akan kau lakukan jika harta datang melimpah… tapi hatimu justru gelisah setiap malam?”
Pada suatu malam, hidangan lezat tersaji di hadapan seorang sahabat Nabi ﷺ. Aromanya harum, rasanya nikmat. Tapi air matanya justru menetes. Ia bukan sedang terkenang kemiskinan—tapi ketakutan. Bukan takut miskin… tapi takut hisab.
Dialah Abdurrahman bin Auf—pedagang sukses, sahabat terpercaya, dan lelaki yang selamat dari jebakan harta… meski tak pernah luput dari ketakutan akan tanggung jawabnya.
🌱 Dari Nol, Tanpa Modal, Tanpa Drama
Ketika hijrah ke Madinah, ia datang tanpa membawa apa-apa. Sa’ad bin Rabi’, sahabat Anshar, bahkan menawarkan setengah hartanya. Tapi Abdurrahman menjawab:
“Tunjukkan aku di mana pasar.”
Ia memulai dari dasar: menjual mentega dan keju. Tapi ada satu hal yang tidak pernah ia jual—harga dirinya. Ia tidak curang dalam timbangan, tidak menipu dalam tawar-menawar, dan tidak memoles kebenaran demi untung.
Di tengah pasar yang penuh tipu muslihat, ia menetapkan standar baru: jujur bisa, sukses pun bisa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menipu, maka ia bukan dari golongan kami.”
(HR. Muslim)
💰 Bukan Sekadar Kaya, Tapi Kaya yang Tak Lupa Akhirat
Abdurrahman bin Auf tidak hanya dikenal jujur, tapi juga dermawan kelas langit. Dalam Perang Tabuk, ia menyumbang 200 uqiyah emas (±4 kg!). Ia juga:
🟢 Membebaskan budak
🟢 Menanggung hidup janda dan anak yatim
🟢 Menyokong perjuangan Rasulullah ﷺ
Namun, ia tetap merasa belum cukup. Ketika melihat makanan lezat di masa damai, ia menangis.
“Mus’ab bin Umair wafat dalam keadaan lusuh. Sedangkan aku… seperti ini?”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Abdurrahman bin Auf akan masuk surga merangkak karena banyaknya hartanya yang belum dihisab.”
(HR. Ahmad)
📱 Pasar Madinah Dulu, Media Sosial Hari Ini
Dulu, pasar adalah ladang dakwah. Hari ini, ladangnya bisa berupa platform digital. Kalau dulu Abdurrahman menolak tipu daya di pasar, hari ini kita pun bisa menolak bentuk lain dari kelicikan: pencitraan, konten palsu, atau cuan dari jalan yang abu-abu.
💡 Kita bisa:
✅ Jujur saat jualan online
✅ Tolak peluang yang meragukan
✅ Sedekah secara anonim
✅ Gunakan medsos untuk menyebar nilai, bukan sekadar pamer
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia...”
(QS. Al-Kahfi: 46)
🧭 Jabatan? Tidak Semua Harus Diambil
Setelah wafatnya Umar bin Khattab, enam orang ditunjuk sebagai calon khalifah. Salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf. Tapi ia menolak.
Ia tahu: jabatan bukan kehormatan, tapi amanah yang berat.
Ia lebih memilih menjadi kingmaker, bukan king. Karena yang ingin ia menangkan bukan dunia, tapi akhirat.
🤔 Refleksi untuk Kita Hari Ini
Kita mungkin tak bisa menyumbang 4 kg emas, tapi kita bisa:
🟢 Jujur
🟢 Dermawan
🟢 Menjadikan harta sebagai alat menuju kebaikan, bukan pelampiasan gaya hidup
“Wahai anak Adam, hartamu bukan yang kau simpan, tapi yang kau sedekahkan. Itu yang abadi bersamamu.”
— Hasan al-Bashri
Tanyakan pada diri sendiri:
-
Kapan terakhir kita menangis bukan karena kekurangan, tapi karena takut tak amanah?
-
Apa yang belum kita tunaikan dari rezeki yang kita miliki?
🎯 Tantangan Hari Ini: Langkah Kecil, Bekal Besar
✅ Hari Ini:
-
Cek penghasilan: Halal semua?
-
Sisihkan 1% untuk sedekah diam-diam
-
Tolak 1 peluang yang abu-abu
-
Doakan 1 orang yang sedang dalam kesulitan
-
Tulis 1 konten digital yang menyebar kebaikan (tanpa pamrih)
✅ Pekan Ini:
-
Baca 1 kisah sahabat
-
Batasi belanja impulsif
-
Sisihkan 5% dari bonus untuk program sosial
-
Tulis jurnal pribadi tentang rasa syukur
-
Kirim sedekah anonim ke orang yang tidak mengenalmu
🙏 Doa Penutup
Ya Allah, jangan biarkan kami tertipu oleh rezeki yang tampak luas, padahal penuh hisab. Jadikan harta kami alat untuk kebaikan, bukan beban di hari penghitungan. Aamiin.
🌟 Jejak Cahaya: Karena Hidup Terang Tak Selalu dari Banyaknya Cahaya, Tapi dari Kejujuran Menyalakan Hati
📚 Referensi:
-
Ibn Hajar al-Asqalani, Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah
-
Al-Zahabi, Siyar A‘lam al-Nubalā’
Komentar
Posting Komentar