🕌 Makna Tauhid dalam Kehidupan Modern: Kembali ke Poros yang Tak Pernah Bergeser

🌌 Pendahuluan: Saat Dunia Terasa Bising
Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh
Saudaraku,
Pernahkah engkau merasa dunia ini terlalu bising? Timeline media sosial penuh pencapaian orang lain. Grup kerja dibanjiri target dan tenggat. Di rumah, pikiran masih dikejar notifikasi. Tubuh lelah, hati gelisah.
Kita hidup di era ketika semua hal dinilai dengan angka: jumlah likes, banyaknya followers, besar gaji, atau megahnya rumah. Namun semakin kita mengejar itu semua, semakin kita merasa kosong.
Di sinilah tauhid hadir, bukan sekadar konsep teologi, tapi jalan hidup. Tauhid mengajarkan bahwa hanya ada satu pusat, satu poros, satu tujuan: Allah ﷻ. Segala yang lain hanyalah bayangan yang fana.
📖 Tauhid: Fondasi Kehidupan yang Kokoh
Allah ﷻ berfirman:
“Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu, dan tentulah engkau termasuk orang yang merugi.”
(QS. Az-Zumar: 65)
Tauhid bukan hanya pengakuan lisan, tapi keyakinan yang menggerakkan seluruh hidup.
-
Tauhid mengajarkan bahwa hanya Allah yang layak diibadahi.
-
Tauhid membebaskan manusia dari perbudakan terhadap pujian, harta, dan gengsi.
-
Tauhid meluruskan niat: bekerja bukan untuk status, tapi untuk ibadah.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan: “Tauhid adalah inti segala dakwah para Nabi. Tanpa tauhid, amal sebesar apa pun tidak bernilai.”
🌱 Kisah: Ahmad dan Krisis Modern
Ahmad, seorang profesional muda, sibuk mengejar karier. Pagi berangkat sebelum fajar, pulang larut malam. Notifikasinya tak pernah berhenti. Ia mulai merasa hidupnya kosong meski gajinya besar.
Suatu malam, dalam kelelahan, ia membuka mushaf digital di ponselnya. Matanya tertumbuk pada ayat:
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Air matanya jatuh. Ia sadar: selama ini ia mengejar validasi manusia, padahal ketenangan hanya ada dalam tauhid. Sejak itu, Ahmad mulai menata kembali hidupnya: shalat tepat waktu, dzikir di sela kerja, dan memandang karier sebagai amanah, bukan segalanya.
Kisah Ahmad adalah kisah kita semua: terjebak hiruk pikuk modern, lalu menemukan jalan pulang lewat tauhid.
🕊️ Kisah Teladan: Ibrahim a.s. dan Keteguhan Tauhid
Nabi Ibrahim a.s. adalah teladan dalam menjaga tauhid. Beliau berani menghancurkan berhala yang diagungkan kaumnya, meski diancam api besar. Dengan keyakinan penuh, beliau berkata:
“Hasbunallāhu wa ni‘mal wakīl.”
(Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.)
Api yang menyala pun menjadi dingin dan keselamatan.
Tauhid menjadikan Ibrahim tegar di tengah ancaman. Begitu pula kita: ketika dunia menekan dengan gengsi, kompetisi, dan penilaian manusia, tauhid membuat kita tenang.
📱 Relevansi Tauhid di Era Digital
Hari ini, “berhala” tidak lagi berbentuk patung batu. Ia hadir dalam bentuk lain:
-
Obsesi pada validasi sosial.
-
Ketergantungan pada materi dan status.
-
Budaya flexing dan fear of missing out (FOMO).
Tauhid membebaskan kita dari semua itu. Saat orang lain sibuk mengejar angka, orang bertauhid fokus mencari ridha Allah. Saat orang lain letih karena perbandingan, orang bertauhid tenang karena merasa cukup.
💡 Langkah Praktis Menjaga Tauhid di Kehidupan Modern
-
🕋 Perbarui niat setiap hari → tanyakan: “Untuk siapa aku melakukan ini?”
-
⏰ Shalat tepat waktu → menjadikan Allah sebagai prioritas di tengah kesibukan.
-
📖 Perbanyak dzikir dan tilawah → menenangkan hati yang gundah.
-
🌿 Hidup sederhana → fokus pada kebutuhan, bukan gengsi.
-
📵 Detoks digital → kurangi scrolling sia-sia, isi dengan konten yang mengingatkan pada Allah.
-
🤲 Sedekah diam-diam → agar hati terbiasa hanya berharap balasan dari Allah.
💭 Renungan untuk Jiwa
-
Apakah aku bekerja untuk Allah atau hanya untuk status?
-
Apakah aku lebih sibuk mengejar likes daripada mencari ridha-Nya?
-
Apakah aku benar-benar menempatkan Allah sebagai pusat hidupku?
🤲 Doa Penutup
اللَّهُمَّ جَدِّدِ الإِيمَانَ فِي قُلُوبِنَا، وَثَبِّتْنَا عَلَى التَّوْحِيدِ، وَاجْعَلْ حَيَاتَنَا كُلَّهَا لَكَ، وَمَمَاتَنَا عَلَى كَلِمَةِ التَّوْحِيدِ
“Ya Allah, perbaruilah iman dalam hati kami, teguhkan kami di atas tauhid, jadikan seluruh hidup kami untuk-Mu, dan wafatkan kami dalam kalimat tauhid.”
🌟 Penutup Reflektif
Saudaraku,
Tauhid bukan sekadar konsep akidah. Tauhid adalah pelita dalam gelap, jangkar di tengah badai, dan obat bagi hati yang gelisah.
Dunia modern mungkin membuat kita letih: tuntutan kerja, tekanan sosial, budaya pamer. Tapi orang yang bertauhid tahu, satu-satunya yang layak dituju hanyalah Allah.
Dengan tauhid, kita tidak lagi diperbudak oleh manusia. Kita bebas, tenang, dan damai. Karena cukup Allah bagimu, dan itulah kebahagiaan sejati.
Waʿalaikumussalām warahmatullāhi wabarakātuh
📚 Referensi:
-
Al-Qur’an al-Karim (QS. Az-Zumar: 65, QS. Ar-Ra’d: 28, QS. Al-Baqarah: 163)
-
Hadis Nabi ﷺ (HR. Tirmidzi)
-
Tafsir Ibnu Katsir tentang tauhid
-
Kisah Nabi Ibrahim a.s.
Komentar
Posting Komentar