Saat Dunia Jadi Segalanya, Kita Kehilangan Segalanya
Renungan tentang hidup yang terlihat penuh… tapi terasa hampa
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di tengah hiruk pikuk dunia yang semakin cepat, mungkin kita pernah berhenti sejenak dan bertanya, “Untuk apa semua ini?”
Tulisan ini bukan untuk menggurui, tapi sebagai pengingat—bahwa jiwa kita juga butuh dipelihara, bukan hanya dompet dan agenda.
“Manusia paling rugi bukan yang hartanya habis, tapi yang hidupnya sibuk… sementara hatinya kosong.”
🌫️ Segalanya Ada, Tapi Jiwa Tetap Gelisah
Pernahkah kamu merasa hidupmu baik-baik saja?
Gadget canggih. Gaji aman. Agenda padat. Teman ramai. Tapi saat malam tiba dan lampu kamar padam, yang tersisa hanya… hening.
Bukan karena ada masalah besar. Bukan karena kehilangan apa pun. Tapi dada terasa kosong. Dan satu pertanyaan lirih muncul dari dalam:
“Untuk apa semua ini?”
Ini bukan tanda kamu lemah. Justru ini pertanda: jiwa mulai bicara. Ia haus makna—karena terlalu lama dikalahkan oleh rutinitas dan kejaran dunia.
❓ Kenapa Semakin Sibuk, Semakin Hampa?
Karena dunia... tidak pernah cukup.
Target demi target dikejar, tapi rasa puas tak kunjung datang. Kita sibuk berlari, tapi lupa bertanya:
“Sebenarnya, apa yang aku cari?”
Ibnul Qayyim rahimahullah menulis dalam Al-Fawaid:
“Jika hati lebih mencintai dunia daripada akhirat, maka kegelisahan akan menjadi teman akrabnya.”
⚠️ Saat Dunia Jadi Tujuan, Kita Kehilangan Arah
“Ketika dunia menjadi segalanya, yang tak terbeli terasa hina. Yang tak dimiliki terasa memalukan.”
Allah tidak menciptakan kita hanya untuk bersaing di dunia digital, atau mengumpulkan validasi sosial.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
— (QS. Az-Zariyat: 56)
📘 Kisah Hasan: Terlihat Sukses, Tapi Jiwa Kosong
Hasan (29) punya karier stabil di startup besar. Mobil ada. Liburan rutin. Circle pertemanan ramai. Tapi tiap malam, ia merasa kosong.
Scroll TikTok, tetap hampa. Nongkrong, makin capek.
Sampai suatu malam, ia berkata lirih,
“Apa aku hidup cuma untuk ini?”
Pagi berikutnya, Hasan salat Subuh di masjid—pertama kali setelah sekian lama. Ia menangis. Bukan karena masalah. Tapi karena jiwanya akhirnya merasa pulang.
🛤️ Jalan Pulang: Hidup Sebagai Hamba, Bukan Pengejar Dunia
1. 🎯 Tentukan Ulang Tujuan Hidup: Dunia atau Ridha Allah?
“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya...”
— (HR. Tirmidzi, no. 2465)
Tanya ke diri sendiri:
-
Apa yang paling sering aku pikirkan akhir-akhir ini?
-
Apakah itu mendekatkanku pada akhirat?
2. 🧎♂️ Ibadah Batin: Bukan Hanya Gerakan
-
Salat dengan sadar, bukan sekadar rutinitas
-
Dzikir dengan makna, bukan hafalan
-
Baca Al-Qur’an dengan hati, bukan hanya suara
-
Tafakur sebelum tidur: Apa pelajaran hari ini?
3. 🤲 Amal Diam-Diam, Tanpa Sorotan Kamera
Allah mencatat yang tersembunyi:
-
Mendoakan orang lain dalam sunyi
-
Sedekah tanpa selfie
-
Istighfar sambil menyetir atau mencuci piring
“Amal kecil yang ikhlas lebih dicintai Allah daripada amal besar yang penuh riya.”
4. 🧘♂️ Belajar Menerima, Walau Hidup Tak Sempurna
Viktor Frankl dalam Man’s Search for Meaning menulis:
“Manusia tidak bisa menghindari penderitaan, tapi bisa memilih makna di baliknya.”
Terkadang kebahagiaan bukan saat mimpi tercapai—tapi saat kita tenang melangkah, yakin bahwa Allah sedang menuntun.
🧾 Checklist Harian untuk Jiwa yang Seimbang
✅ Apakah aku masih menjadikan Allah sebagai pusat hidupku?
✅ Apakah aktivitasku hari ini menambah bekal akhirat?
✅ Apakah yang aku kejar benar-benar menenangkan hati?
✅ Sudahkah aku beri waktu untuk jiwaku, bukan hanya tubuhku?
🤲 Doa Pulang dari Kejaran Dunia
اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتُ قَدْ أَكْثَرْتُ مُطَارَدَةَ الدُّنْيَا، فَرُدَّنِي إِلَيْكَ بِرِفْقٍ، وَافْتَحْ قَلْبِي لِذِكْرِكَ وَحُبِّكَ
“Ya Allah… Jika aku terlalu sibuk mengejar dunia, tariklah aku dengan lembut.
Buka hatiku untuk mengingat-Mu, mencintai-Mu, dan pulang kepada-Mu.”
📣 Pernah Merasa Kosong di Tengah Hiruk Pikuk Dunia?
💬 Ceritakan di kolom komentar. Mungkin kisahmu bisa menjadi pelita bagi jiwa lain yang sedang gelisah.
📤 Bagikan tulisan ini kepada mereka yang terlihat kuat… tapi diam-diam sedang kehilangan arah.
📚 Referensi Kuat
-
Al-Qur’an, QS. Az-Zariyat: 56
-
HR. Tirmidzi, No. 2465
-
Al-Fawaid, Ibnul Qayyim
-
Man’s Search for Meaning, Viktor Frankl
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga kita tidak hanya sibuk menjalani hidup, tapi juga peka merasakan arah hidup kita.
Karena dunia hanya tempat singgah, dan hati kita… sedang dalam perjalanan pulang.
Komentar
Posting Komentar