🕌 Kejar Dunia atau Cukupkan Hati? Renungan tentang Qana’ah di Era Modern

                                                    Ilustrasi digital flat seorang pemuda Muslim duduk bersila di persimpangan jalan berbentuk huruf Y, satu arah menuju kota gemerlap, arah lain menuju alam hijau tenang, melambangkan pilihan antara mengejar dunia atau mencukupkan hati

🕌 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


💭 Mengapa Kita Terus Berlari?

Pernahkah kau merasa hidup ini seperti lomba lari yang tak ada garis finisnya?
Hari ini mengejar rumah, besok mobil, lalu jabatan, lalu angka di rekening. Kita berlari, lagi dan lagi, seolah ada sesuatu yang kurang.

Tapi pertanyaan sesungguhnya adalah:
“Apa yang sebenarnya membuatku berlari sekencang ini? Kebutuhankah… atau sekadar keinginan?”


🌍 Dunia yang Tak Pernah Cukup

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia ingin memiliki lembah emas yang ketiga. Dan tidak ada yang memenuhi perut anak Adam kecuali tanah. Allah menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menggambarkan dengan jelas: dunia tidak pernah memberi rasa cukup. Ia selalu menuntut lebih, seperti api yang semakin besar bila disiram bensin.


🪞 Bercermin pada Hati

Cobalah berhenti sejenak. Duduk tenang.
Bayangkan dirimu tanpa semua atribut dunia: tanpa jabatan, tanpa harta, tanpa pengakuan orang.

Lalu tanyakan: “Siapa aku di hadapan Allah, jika semua itu diambil?”

Di titik itulah kita sadar, yang paling menentukan bukan apa yang melekat di badan, tapi apa yang melekat di hati.


🌿 Tanda-tanda Hati Mengejar Dunia

Kadang kita tidak sadar bahwa kita sudah terjebak. Beberapa tandanya:

  • Mudah iri ketika orang lain lebih kaya.

  • Sulit bersyukur atas nikmat kecil.

  • Selalu merasa kurang, meski sudah punya banyak.

  • Ibadah mulai terasa berat karena sibuk dengan urusan dunia.

Jika tanda-tanda ini muncul, bisa jadi hati kita sedang terlalu terpaut pada dunia.


📖 Al-Qur’an Mengingatkan

Allah ﷻ berfirman:

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kalian, serta berlomba-lomba dalam harta dan anak keturunan...”
(QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini tidak melarang kita menikmati dunia. Namun, Allah mengingatkan: jangan sampai dunia membuat kita lupa tujuan akhir—akhirat.


🌱 Latihan Kecil: Cukupkan Hati

Mari coba satu latihan sederhana hari ini:

  1. Sebutkan tiga nikmat yang kau punya sekarang.

  2. Ucapkan alhamdulillah dengan sepenuh hati.

  3. Rasakan ringan di dada, meski kondisi luar tak selalu berubah.

Terkadang, cukup itu bukan ketika dunia ditambah, tapi ketika hati dikurangi dari rasa ingin yang berlebihan.


🧠 Sudut Pandang Psikologi

Psikologi modern menyebut ada hedonic treadmill—fenomena ketika manusia selalu terbiasa dengan hal baru, lalu butuh yang lebih besar untuk bahagia.

Islam jauh sebelum itu sudah memberi obatnya: qana’ah, menerima dengan ridha apa yang Allah beri. Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan berusaha sebaik-baiknya lalu berhenti resah dengan hasil.


🔑 Langkah Kecil untuk Memulai Qana’ah

Qana’ah bukan perkara besar, ia dimulai dari langkah-langkah kecil:

  • Belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

  • Menghargai hal-hal sederhana: secangkir teh, senyum keluarga, udara segar.

  • Membatasi diri dari budaya pamer di media sosial.

  • Mengganti ambisi tak terbatas dengan doa: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkan aku dari yang haram.”


💡 Refleksi untuk Dirimu

Hari ini, coba tanyakan pada dirimu:

  • Apakah aku benar-benar butuh semua yang kukejar?

  • Ataukah aku hanya ingin terlihat berhasil di mata manusia?

  • Apa yang akan kuingat saat menutup mata nanti—harta atau amal?

Pertanyaan-pertanyaan itu bisa menjadi kompas untuk kembali menata langkah.


🕊️ Penutup

Sahabatku, dunia tidak akan pernah berhenti menggoda. Tapi kau selalu bisa memilih untuk berhenti berlari.

Kau bisa memilih untuk cukup.
Kau bisa memilih untuk bersyukur.
Kau bisa memilih untuk menaruh hatimu hanya pada Allah, bukan pada dunia yang fana.

Mari kita ambil satu langkah hari ini: berhenti sejenak, tarik napas, dan katakan dalam hati:
“Aku cukup dengan Allah.” 🌿


📚 Daftar Referensi

  • Al-Qur’an, QS. Al-Hadid: 20

  • HR. Bukhari dan Muslim – tentang anak Adam dan lembah emas

  • HR. Tirmidzi – doa kecukupan: Allahummakfini bihalalika ‘an haramika


🤲 Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Baca juga:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

✨Singa Betina dari Quraisy: Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Benteng Iman Sepanjang Zaman

🌌Belajar Mendengarkan Menurut Islam: Hadir dengan Hati, Bukan Sekadar Telinga

🕌Hidup Lebih Tenang dengan Ikhlas: Belajar dari Kisah Sahabat dan Ulama