🌌 Tidak Semua Orang Harus Suka Kita, dan Itu Wajar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sahabat yang dirahmati Allah, hidup sering membuat kita lelah ketika berusaha menyenangkan semua orang. Padahal, tidak semua orang harus suka kita. Justru di balik penolakan, ada pelajaran berharga tentang ikhlas, tawakal, dan mencari ridha Allah semata.
Tak Semua Senyum Akan Mendapat Balasan Senyum
Dalam hidup, kita bertemu banyak wajah, banyak hati, dan banyak harapan. Namun, ada kenyataan pahit yang harus kita terima: tidak semua orang akan menyukai kita.
Kadang kita sudah berbuat baik, tapi tetap ada yang salah menilai. Kadang kita tulus menolong, tapi tetap dianggap ada maksud tertentu. Ada yang merangkul, ada pula yang menjauh. Dan itu wajar.
Kita memang tidak diciptakan untuk menyenangkan semua orang, melainkan untuk mencari ridha Allah.
Allah menegaskan:
“Bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.”
(QS. Al-Ahzab: 3)
Ayat ini seolah menenangkan hati yang sering lelah karena ingin dipahami semua orang. Padahal, penerimaan manusia tidak akan pernah sempurna.
Tak Semua Pintu Cocok untuk Kuncimu
Bayangkan ketika kita berusaha sekuat tenaga menjalin hubungan baik dengan seseorang, tapi responsnya dingin. Atau saat kita bekerja keras untuk sebuah peluang, namun hasilnya tetap ditolak. Rasanya sakit, bukan?
Namun, penolakan tidak selalu berarti kita gagal. Bisa jadi Allah sedang mengarahkan kita ke pintu lain yang lebih tepat. Tidak semua pintu cocok untuk kunci kita, dan tidak semua jalan harus kita tempuh.
Allah berfirman:
“…Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).”
(QS. At-Talaq: 3)
Mungkin penolakan yang kita terima hari ini adalah bentuk perlindungan dari Allah. Boleh jadi kita merasa kecewa, tapi justru itu yang menyelamatkan kita dari sesuatu yang lebih buruk.
Ikhlas: Membiarkan Allah yang Menilai
Rasulullah ﷺ sendiri pernah mengalami penolakan. Dakwah beliau dicaci, ditolak, bahkan dihina. Namun beliau tetap bersabar, karena beliau tahu: yang terpenting bukanlah diterima manusia, tetapi diterima Allah.
Imam Ahmad bin Hanbal juga pernah ditinggalkan banyak orang ketika beliau menolak ajaran menyimpang. Saat dipenjara, beliau berkata:
“Jika kebenaran ditinggalkan manusia, itu bukan alasan untuk meninggalkannya pula.”
Ikhlas berarti melepaskan kebutuhan untuk selalu diterima orang lain, dan menyerahkan penilaian akhir kepada Allah. Inilah kebebasan hati yang sesungguhnya.
Apakah Aku Egois Jika Tidak Memaksakan Diri Disukai?
Kadang muncul pertanyaan di hati: “Kalau aku tidak memaksakan diri agar disukai orang, apakah aku egois?”
Jawabannya: tidak.
-
Jika kita menolak berpura-pura hanya demi diterima, itu bukan egois—itu justru menjaga kejujuran hati.
-
Jika kita tetap berbuat baik meski tahu ada orang yang tidak menyukai kita, itu bukan acuh—itu tanda keikhlasan.
Kita diperintahkan untuk berbuat baik, tapi tidak diwajibkan agar semua orang menyukai kita.
Realitas Sehari-Hari: Penolakan di Zaman Media Sosial
Di era media sosial, penolakan sering terasa lebih nyata. Kita upload sesuatu dengan niat baik, tapi komentar pedas langsung datang. Kita ingin berbagi inspirasi, tapi malah dituduh mencari perhatian.
Ingatlah, jumlah “like” bukan ukuran nilai kita. Bahkan Rasulullah ﷺ pun tidak semua orang menyukai. Lalu mengapa kita harus memaksa diri agar semua orang setuju dengan kita?
Belajar ikhlas berarti menerima bahwa tidak semua orang akan mendukung perjalanan kita. Yang penting, Allah melihat niat dan usaha kita.
Renungan Praktis: Menyikapi Penolakan
Agar hati lebih tenang, coba lakukan renungan ini:
-
Tanyakan pada diri: Apakah penolakan ini membuatku lebih dekat pada Allah, atau justru menjauh?
-
Tuliskan pengalaman penolakanmu: Catat minimal tiga momen ditolak orang, lalu renungkan—apakah pengalaman itu membuatmu lebih kuat?
-
Latih hati dengan doa: Jangan hanya sibuk memikirkan komentar orang, tapi perbanyak doa agar Allah meneguhkan hati.
Doa untuk Hati yang Tegar
“Ya Allah, jadikanlah ridha-Mu lebih aku cari daripada ridha manusia. Kuatkanlah hatiku agar tidak rapuh oleh penolakan, dan lapangkanlah dadaku dengan ikhlas.”
Penutup: Tidak Semua Orang Harus Suka Kita
Pada akhirnya, bukan jumlah orang yang menyukai kita yang menentukan nilai hidup, tetapi apakah Allah meridhai kita.
Jangan biarkan hatimu terikat pada penerimaan manusia, karena penerimaan itu fana. Ikatlah hatimu pada kasih sayang Allah, sebab ridha-Nya adalah cahaya yang tidak pernah padam, meski semua pintu dunia menutup.
Daftar Referensi
-
Al-Qur’an, Surah Al-Ahzab (33): 3.
-
Al-Qur’an, Surah At-Talaq (65): 3.
-
Hadits Riwayat Bukhari, Kitab Ahkam, Bab Kesabaran Rasulullah ﷺ dalam Dakwah.
-
Ibnul Jauzi, Siyar A‘lam an-Nubala’, kisah Imam Ahmad bin Hanbal.
Baca juga:
- Senyum Itu Sederhana, Tapi Revolusioner
- Yang Kita Kejar Tak Selalu Kita Butuhkan
- Jangan Bandingkan Prosesmu dengan Jalan Orang Lain
Komentar
Posting Komentar