✨ Adab Sebelum Ilmu: Warisan Imam Malik dan Pesan Abadi untuk Era Digital
Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh
"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan tidak menempatkan orang berilmu pada tempatnya."
(HR. Ahmad)
Di tengah derasnya arus informasi hari ini, kita bisa belajar apa saja dari layar ponsel. Kitab-kitab ulama, ceramah, hingga kuliah internasional bisa diakses dalam hitungan detik. Namun, ada satu hal yang sering hilang di era ini: adab sebelum ilmu.
Kita melihatnya di ruang kelas, forum online, hingga kolom komentar media sosial. Kata-kata kasar, sanggahan tanpa dasar, atau meremehkan guru — semua ini menjadi pemandangan biasa. Padahal, para ulama dahulu sangat menjaga tata krama dalam mencari ilmu, hingga mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk mempelajari adab sebelum menyentuh isi kitab.
🌿 Kisah dari Madinah
Berabad-abad lalu, di kota Madinah, hiduplah seorang ulama besar bernama Imam Malik bin Anas RA. Suatu sore, di halaman Masjid Nabawi, beliau duduk bersila, mengenakan pakaian terbaik, dan bersiap mengajar. Para muridnya duduk melingkar, hening, dan penuh hormat. Tak seorang pun bersuara keras, karena mereka tahu adab di hadapan guru adalah bagian dari adab kepada Rasulullah ﷺ.
Imam Malik bahkan tidak mau menyampaikan hadits sambil berdiri atau berjalan. Beliau akan duduk dengan tenang, menyisir jenggotnya, lalu mulai membaca dengan suara yang penuh hormat. Ketika membacakan hadits Nabi ﷺ, wajahnya berubah menjadi sangat serius, seakan berada langsung di hadapan Rasul.
⚖️ Teguh dalam Prinsip
Suatu waktu, Imam Malik dicambuk karena menolak memberikan fatwa yang bertentangan dengan kebenaran. Bunyi cambuk memecah udara, namun beliau tidak mengubah pendirian. Luka di tubuhnya tak sebanding dengan luka di hati jika ia mengkhianati amanah ilmu.
Ketika ditanya mengapa tetap tegas, beliau menjawab singkat:
“Ilmu ini adalah agama. Lihatlah dari siapa kalian mengambil agama.”
📜 Adab Sebelum Ilmu
Imam Malik terkenal dengan nasihatnya:
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”
Adab baginya mencakup banyak hal:
-
Menghormati guru
-
Menjaga lisan dan tulisan
-
Sabar dalam belajar
-
Tidak menyombongkan diri meski sudah berilmu
Allah ﷻ berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalmu, sedangkan kamu tidak menyadari."
(QS. Al-Hujurat: 2)
Ayat ini menjadi pondasi adab berbicara di hadapan Rasulullah ﷺ, yang juga menjadi teladan untuk menghormati guru dan orang berilmu.
📚 Pelajaran dari Ulama Lain
Imam Asy-Syafi’i RA berkata:
“Aku membuka lembaran di hadapan guruku dengan sangat pelan agar tidak mengganggu beliau.”
Abdullah bin Mubarak RA menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk mempelajari adab. Bagi mereka, adab adalah pintu masuk bagi keberkahan ilmu. Tanpa adab, ilmu hanya menjadi hafalan di kepala, bukan cahaya di hati.
💻 Relevansi di Era Digital
Kini, ruang belajar berpindah dari masjid dan majelis ke ruang virtual:
-
Kelas daring
-
Grup WhatsApp
-
Forum media sosial
Sayangnya, adab sering hilang:
-
Mengkritik guru dengan bahasa kasar
-
Menyebarkan ilmu tanpa verifikasi
-
Memotong pembicaraan di kelas daring
-
Menganggap semua pendapat sama tanpa menghormati sanad ilmu
Padahal, adab di dunia digital sama pentingnya dengan di dunia nyata. Menulis komentar yang santun, memberi sumber yang jelas, dan tidak merendahkan orang lain adalah bagian dari menjaga kehormatan ilmu.
🌱 Pelajaran dari Imam Malik untuk Kita
-
Hormati Guru – Ucapkan salam, duduk dengan tenang, dengarkan hingga selesai.
-
Jaga Lisan dan Tulisan – Pilih kata yang baik, meski saat berbeda pendapat.
-
Sabar dalam Proses – Jangan tergesa-gesa ingin menguasai semua ilmu.
-
Verifikasi Ilmu – Pastikan sumbernya benar, apalagi jika akan disebarkan.
💭 Refleksi Pribadi
Bayangkan sebuah pohon: akar adalah adab, batangnya adalah ilmu. Jika akarnya rapuh, pohon akan tumbang meski batangnya besar. Begitu pula ilmu tanpa adab — rapuh dan mudah disalahgunakan.
Di era informasi, kita mudah menjadi “pintar instan” tapi kehilangan rasa hormat. Kita bisa memenangkan perdebatan, tetapi kalah dalam akhlak.
📌 Aksi Nyata
Hari ini: Gunakan kata yang santun di semua percakapan, termasuk online.
Pekan ini: Kirim ucapan terima kasih atau doa untuk guru yang pernah mengajar kita.
Bulan ini: Ikut satu majelis ilmu dan amalkan adab duduk, mendengar, dan bertanya.
📚 Referensi:
-
HR. Ahmad
-
QS. Al-Hujurat: 2
-
Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah
-
Malik bin Anas, Al-Muwaththa’
Komentar
Posting Komentar