✨ Ruqayyah dan Ummu Kultsum: Putri Nabi, Teladan Kesabaran Sejati

Ilustrasi digital dua mawar putih, melambangkan Ruqayyah dan Ummu Kultsum sebagai teladan kesabaran putri Rasulullah ﷺ

Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh

“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)


🌿 Dua Putri, Dua Cahaya dalam Kehidupan Nabi ﷺ

Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua putri Rasulullah ﷺ dari Sayyidah Khadijah RA. Mereka lahir di rumah penuh cinta, tumbuh dalam dekapan kasih seorang ayah yang kelak menjadi Nabi terakhir.

Namun hidup mereka bukan kisah istana indah. Mereka menapaki jalan penuh ujian: keterasingan, hijrah, sakit, kehilangan. Meski demikian, kesabaran mereka adalah cahaya yang hingga kini terus bersinar bagi kaum Muslimin.


🌊 Ruqayyah: Dari Makkah ke Habasyah

Bayangkan malam ketika Ruqayyah berkemas bersama suaminya, Utsman bin Affan. Keduanya harus meninggalkan Makkah—tanah kelahiran, keluarga, dan kenangan—untuk mencari tempat aman bagi iman mereka.

Angin padang pasir membawa perpisahan yang menyakitkan. Namun mereka melangkah, menaiki bahtera menuju negeri jauh: Habasyah. Di sanalah Ruqayyah menjadi bagian dari sejarah hijrah pertama dalam Islam.

Kehidupan di negeri asing tidak mudah. Kerinduan pada Nabi ﷺ membakar hati mereka. Namun Ruqayyah tetap sabar. Ia mendampingi Utsman dengan kelembutan, menjadi penyejuk di kala getir.


🕊️ Sakit yang Menguji, Duka yang Membekas

Ketika perang Badar meletus, kaum Muslimin menanti kabar kemenangan. Namun di Madinah, Ruqayyah terbaring sakit. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah. Utsman setia di sisinya, meninggalkan kesempatan ikut berperang demi menjaga istrinya.

Saat kabar kemenangan Badar tiba, kabar duka juga datang: Ruqayyah wafat. Kemenangan umat bercampur dengan tangisan keluarga Nabi ﷺ. Rasulullah meneteskan air mata di sisi pusara putrinya.

Ruqayyah pergi muda, tetapi sabarnya meninggalkan jejak yang tak akan hilang.


🌹 Ummu Kultsum: Penopang di Tengah Fitnah

Sepeninggal Ruqayyah, Utsman bin Affan menikahi adiknya, Ummu Kultsum. Dari sinilah ia digelari Dzun-Nurain—pemilik dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi ﷺ.

Ummu Kultsum hidup sederhana. Ia mendampingi Utsman bukan hanya sebagai istri, tetapi sebagai penopang dalam badai. Ketika fitnah politik mengguncang kekhalifahan Utsman, Ummu Kultsum berdiri di sisinya. Ia tak menyerah pada tekanan, tak gentar pada cercaan.

Meski namanya jarang disebut panjang lebar dalam kitab sejarah, keteguhannya adalah bukti: perempuan bisa menjadi tiang kekuatan seorang pemimpin.


🪞 Refleksi Zaman Kita

Dari Ruqayyah dan Ummu Kultsum, kita belajar bahwa sabar bukanlah sikap pasif, tetapi daya tahan yang melahirkan keteguhan.

Hari ini, perempuan Muslimah menghadapi ujian berbeda:

  • Kehidupan rumah tangga yang diguncang media sosial.

  • Tekanan ekonomi dan tuntutan peran ganda.

  • Godaan budaya hedonis yang menekan nilai iman.

Namun teladan mereka tetap relevan:

  • Ruqayyah mengajarkan kesabaran dalam sakit dan kehilangan.

  • Ummu Kultsum meneguhkan hati untuk tetap berdiri di sisi kebenaran meski badai fitnah datang.


🌟 Hikmah yang Bisa Dipetik

  1. Kesabaran adalah kekuatan batin. Ia bukan kelemahan, melainkan perisai.

  2. Perempuan adalah penopang perjuangan. Iman mereka melahirkan generasi tangguh.

  3. Ujian adalah jalan menuju kemuliaan. Dari sakit, hijrah, hingga fitnah—semuanya melatih jiwa.


✅ Checklist Meneladani Ruqayyah dan Ummu Kultsum

  • Tetap bersabar ketika sakit dan tidak mengeluh berlebihan.

  • Mendampingi pasangan dalam perjuangan, bukan meninggalkannya.

  • Menguatkan rumah tangga dengan doa, bukan sekadar harta.

  • Menjaga diri dari keluhan yang melemahkan, menggantinya dengan doa yang menguatkan.

  • Menjadikan rumah sebagai madrasah kesabaran dan benteng iman.


🌸 Doa

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ، وَارْزُقْنَا قَلْبًا رَاضِيًا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا عَلَى دِينِكَ حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا

Allahumma aj‘alnā minash-shābirīn, warzuqnā qalban rādhiyan, wa thabbit aqdāmanā ‘alā dīnika hattā nalqāka wa anta rādhin ‘annā.

“Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang sabar, anugerahkan hati yang ridha, dan tetapkan langkah kami di atas agama-Mu hingga kami bertemu dengan-Mu dalam keridhaan-Mu.”


✨ Penutup

Ruqayyah dan Ummu Kultsum mungkin tidak meninggalkan banyak riwayat panjang seperti kakak mereka, Fatimah Az-Zahra. Tetapi kesabaran mereka adalah pelita yang menyinari jalan bagi Muslimah sepanjang zaman.

Mereka adalah cahaya yang lahir dari rumah Nabi ﷺ, cahaya yang tidak pernah padam.
Dan selama ada hati yang bersabar, ruh Ruqayyah dan Ummu Kultsum akan terus hidup—menjadi saksi bahwa kesabaran adalah mahkota yang tak pernah lekang.

Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh


📚 Referensi:

  • Ibnu Sa‘d, Ath-Thabaqāt al-Kubra

  • Ibnu Katsir, Al-Bidāyah wa an-Nihāyah

  • Ibnu Hisyām, As-Sīrah an-Nabawiyyah

  • Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad

  • Martin Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources



📖 Baca juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

🕌Keutamaan Membaca Shalawat Nabi ﷺ

✨ Syekh Yusuf al-Makassari: Ulama Pejuang dari Sulawesi yang Harumnya Menembus Dunia

🕌 Makna Tauhid dalam Kehidupan Modern: Kembali ke Poros yang Tak Pernah Bergeser