Ruqayyah dan Ummu Kultsum: Putri Nabi, Teladan Kesabaran Sejati

 

Sampul simbolik kisah Ruqayyah dan Ummu Kultsum menampilkan dua mawar putih bersanding di bawah cahaya senja dengan siluet kubah masjid di kejauhan

🕌 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


🌿 Dua Putri, Dua Jalan Ujian

Nama mereka indah: Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Keduanya adalah putri Rasulullah ﷺ, tumbuh dalam cahaya wahyu, namun hidup mereka bukanlah jalan yang mulus.

Ruqayyah diuji dengan perpisahan sejak muda. Ummu Kultsum pun merasakan getirnya kehilangan. Dua kisah yang berbeda, tapi sama-sama berakar pada kesabaran dan iman.


🌸 Ruqayyah: Cahaya yang Redup di Tengah Ujian

Ruqayyah RA pernah dinikahkan dengan putra Abu Lahab. Namun, ketika dakwah Rasulullah ﷺ ditentang, rumah tangga itu diputus oleh tekanan keluarga Abu Lahab.

Ia kembali ke rumah ayahnya. Luka hati itu berat, tapi Allah menggantinya dengan jodoh yang mulia: Utsman bin Affan RA.
Bersama Utsman, Ruqayyah berhijrah ke Habasyah, meninggalkan tanah kelahiran demi menjaga iman.

Bayangkan beratnya—perempuan muda, meninggalkan keluarga dan kampung halaman. Namun Ruqayyah memilih Allah di atas segalanya.

“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan mengatakan: ‘Kami beriman’, padahal mereka belum diuji?”
(QS. Al-Ankabut: 2)

Ayat ini seakan hidup dalam langkah-langkah Ruqayyah.


🌹 Akhir yang Mengguncang

Di saat perang Badar berkecamuk, Utsman RA tertinggal di Madinah untuk merawat Ruqayyah yang sakit keras.

Takdir berkata lain.
Ruqayyah wafat, dan berita kemenangannya kaum Muslimin di Badar bersamaan dengan tangisan kehilangan di rumah Rasulullah ﷺ.

Sejarah mencatat bagaimana Nabi ﷺ menggali kubur putrinya dengan tangannya sendiri. Hati seorang ayah, yang menangis namun tetap ridha.

Bayangkan suasana itu…
Madinah bergetar oleh dua kabar: kemenangan dan duka.


🌼 Ummu Kultsum: Tegar dalam Sunyi

Setelah wafatnya Ruqayyah, Ummu Kultsum dinikahkan dengan Utsman RA. Karena itu Utsman mendapat gelar Dzun-Nurain (pemilik dua cahaya).

Namun takdir kembali menguji.
Ummu Kultsum wafat pula, meninggalkan suami yang kembali diuji dengan kesedihan mendalam.

Rasulullah ﷺ bersabda saat Ummu Kultsum wafat:

“Seandainya aku punya anak perempuan yang lain, niscaya akan aku nikahkan dengan Utsman.”
(HR. Ibnu Majah)

Betapa mulianya kedudukan mereka, hingga Nabi ﷺ menyanjung dengan cinta dan doa.


🌙 Seorang Ayah yang Kehilangan

Coba bayangkan perasaan Rasulullah ﷺ.
Beliau bukan hanya seorang Nabi, tapi juga seorang ayah yang kehilangan dua putri tercinta dalam jarak yang tidak lama.

Tangis beliau adalah tangis manusiawi. Doa beliau adalah doa seorang ayah yang rela menyerahkan segalanya pada Allah.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
(QS. Al-Baqarah: 156)

Ayat ini bukan sekadar lafaz, tapi napas yang menguatkan hati beliau di tengah kehilangan.


💭 Refleksi untuk Kita

Kini, mari bertanya pada diri sendiri:

  • Pernahkah kau kehilangan sesuatu yang sangat kau cintai demi imanmu?

  • Pernahkah dunia merebut orang yang kau sayangi, dan hanya sabar yang tersisa?

  • Pernahkah kau merasa Allah menguji terlalu berat, padahal di baliknya ada rahmat?

Kehilangan adalah bagian dari cinta Allah. Ia tidak hadir untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan.


🧠 Ujian dalam Kehidupan Modern

Hari ini, ujian kita mungkin berbeda.
Bukan perpisahan karena hijrah, tapi kehilangan pekerjaan, gagal meraih mimpi, atau ditinggalkan orang tercinta.

Namun, maknanya sama: Allah ingin melihat ke mana hati kita berlabuh.
Apakah ia tetap terikat pada dunia, atau rela kembali kepada-Nya dengan ridha.

Psikologi modern menyebut kehilangan sebagai proses grief, yang menuntut penerimaan bertahap. Islam sejak awal sudah mengajarkan:
sabar + doa + tawakal = jalan pulih.


🌱 Pelajaran dari Ruqayyah & Ummu Kultsum

Dari keduanya, kita belajar:

  1. Cinta kepada Allah lebih tinggi dari cinta dunia.
    Mereka meninggalkan kenyamanan demi iman.

  2. Kehilangan tidak berarti akhir.
    Justru ia membuka ruang untuk ridha.

  3. Sabar adalah perisai hati.
    Rasulullah ﷺ mencontohkan bahwa air mata boleh jatuh, tapi hati tetap ikhlas.


🔑 Langkah Kecil untuk Kita Hari Ini

  • Saat kehilangan, jangan memendam sendiri. Berdoalah, ceritakan pada Allah.

  • Tulis tiga hal yang masih kau syukuri, meski dunia terasa kosong.

  • Ingat bahwa ujian adalah tanda cinta, bukan hukuman.


🌷 Penutup yang Menggugah

Sahabatku, Ruqayyah dan Ummu Kultsum mengajarkan satu hal: hidup bukan tentang berapa lama kita bersama, tapi seberapa ridha kita pada kehendak Allah.

Hari ini, mungkin kita kehilangan sesuatu. Tapi Allah tidak pernah meninggalkan kita.
Kau masih bisa memilih: menangis dengan putus asa, atau menangis sambil berdoa.

Mari ambil satu langkah kecil: ketika kehilangan datang, bisikkan pada hatimu—
“Aku serahkan pada-Mu, ya Allah. Aku ridha, aku sabar, aku percaya pada-Mu.” 🌿


📚 Referensi

  • Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah: 153, 156

  • QS. Al-Ankabut: 2–3

  • HR. Bukhari dan Muslim – tentang ujian hidup

  • HR. Ibnu Majah – sabda Nabi tentang Ummu Kultsum


🤲 Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


📖 Baca juga:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langit Tak Pernah Menutup Diri: Belajar Tawakal di Tengah Ujian

Kisah Inspiratif Imam Al-Ghazali: Perjalanan Spiritual dari Kejayaan Ilmu ke Kedamaian Hati

Muslim Kreatif? Bisa Banget! Asal Tahu 5 Prinsip Ini