Hijrah karena Allah: Bukan Tren, tapi Komitmen Istiqamah Seumur Hidup
Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Alhamdulillāh, segala puji hanya bagi Allah ﷻ yang telah memberikan hidayah dan kekuatan iman kepada kita. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan sejati, kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang istiqamah dalam menapaki jalan kebenaran.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Hari ini, kata “hijrah” sering terdengar di mana-mana. Di media sosial, seminar keislaman, komunitas anak muda, hingga dunia fashion. Tapi, mari kita bertanya dengan jujur kepada diri sendiri:
Apakah hijrah yang kita jalani adalah hijrah karena Allah, atau sekadar tren dan eksistensi sosial?
Islam mengajarkan bahwa hijrah sejati adalah berpindah — dari kegelapan menuju cahaya, dari mengikuti hawa nafsu menuju hidup dalam tuntunan wahyu.
Hijrah Bukan Sekadar Penampilan
Hijrah bukan hanya tentang:
-
Ganti pakaian jadi lebih syar’i
-
Unfollow akun-akun yang buruk
-
Upload kutipan hadits di Instagram
Hijrah adalah tentang perubahan hati.
Perubahan arah hidup — dari jauh menjadi dekat kepada Allah, dari lalai menjadi sadar, dari maksiat menuju taat.
Nabi ﷺ bersabda:
“Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Naik Turun Itu Wajar
Perjalanan hijrah tak selalu mulus. Di awal, semangat terasa membara: rajin ngaji, shalat tepat waktu, hati terasa ringan. Tapi akan tiba masa-masa sulit:
-
Iman terasa turun
-
Hati mulai lalai
-
Godaan dunia terasa lebih kuat
Itu bukan tanda kegagalan. Itu bagian dari proses.
Yang penting:
Jangan berhenti. Bangkit lagi. Istighfar lagi. Luruskan niat lagi.
“Allah tidak meminta kita menjadi sempurna. Tapi Allah mencintai hamba yang terus berusaha mendekat kepada-Nya.”
Kisah Nyata: Hijrah Seorang Pemuda Bernama Khalid
Khalid dulunya hidup bebas—musik, pacaran, nongkrong sampai larut. Namun suatu malam, ayahnya sakit keras, dan dari situlah ia mulai merenung. Ia tinggalkan musik, mulai belajar shalat, lalu mengikuti kajian.
Di tengah perjalanan hijrahnya, ia diuji. Teman lama menjauh, keluarga mencibir, bahkan sempat patah semangat.
Tapi ia ingat satu nasihat gurunya:
“Allah lebih mencintai hamba yang jatuh lalu bangkit, daripada yang merasa suci tapi sombong.”
Hari ini, Khalid belum sempurna. Tapi ia tetap berjalan. Perlahan. Dengan hati yang ikhlas. Dan itulah makna hijrah yang sesungguhnya.
Hijrah Harus Lurus Niatnya
Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hijrah yang karena Allah akan tetap kuat, meski tak ada yang melihat. Tapi hijrah karena manusia akan runtuh saat pujian menghilang.
Refleksi untuk kita semua:
"Aku berhijrah untuk siapa? Untuk Allah, atau untuk dinilai orang lain?"
Hijrah Adalah Perjalanan Seumur Hidup
Hijrah bukan lomba siapa paling duluan berubah.
Hijrah bukan kompetisi siapa paling tampak saleh.
Hijrah adalah:
-
Proses panjang
-
Ujian berlapis
-
Jalan yang penuh harapan
Selama kita terus melangkah, Allah akan selalu membuka jalan.
“Hijrah bukan tentang jadi sempurna. Tapi tentang tidak mau lagi kembali pada yang salah.”
Langkah Kecil untuk Hijrah Hari Ini
-
Perbarui niat setiap hari
-
Jaga shalat 5 waktu
-
Hindari lingkungan dan konten yang melemahkan iman
-
Cari teman yang menguatkan
-
Jangan menunggu siap, karena hidayah itu harus disambut, bukan ditunda
Penutup: Selama Masih Melangkah, Jalan Masih Terbuka
Saudaraku,
Jika kamu sedang lelah dalam hijrah, itu wajar.
Jika kamu pernah jatuh, itu manusiawi.
Tapi selama kamu masih mau bangkit dan melangkah, Allah akan menuntunmu kembali.
“Hijrah adalah perjalanan. Bukan tentang siapa yang cepat, tapi siapa yang istiqamah sampai akhir.”
Semoga Allah kuatkan kita untuk terus berproses, meluruskan niat, dan menjaga hati dalam perjalanan panjang menuju ridha-Nya.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Komentar
Posting Komentar