🕌Ketika Serius Sama Hidup Dianggap Sok
Taushiah Islami untuk Tetap Kuat di Jalan Allah
🌸 Salam Pembuka & Mukadimah
Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Alhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn, segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kita hidayah iman dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Dalam perjalanan menuju kebaikan, sering kali kita berhadapan dengan cibiran. Saat mulai menutup aurat, menjaga lisan, atau meninggalkan kebiasaan lama, tidak jarang muncul komentar sinis: “Ah, sok alim…” atau “Santai saja, jangan sok suci.”
Padahal Allah ﷻ berfirman:
📖 QS. Ar-Ra’d: 11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
🌱 Fenomena Cibiran Saat Hijrah: Mengapa Bisa Terjadi?
Mengapa ketika kita berusaha serius dengan hidup dan mendekat pada Allah, justru muncul cibiran?
🔹 Psikologis sosial: perubahan sering menimbulkan resistensi. Orang merasa “terganggu” ketika ada yang berbeda dari lingkungannya.
🔹 Iri hati: ada yang sebenarnya kagum, tapi menutupi dengan komentar sinis.
🔹 Budaya permisif: banyak orang terbiasa dengan santai dan bebas, sehingga perubahan positif dianggap “ekstrem.”
Allah ﷻ telah mengingatkan:
📖 QS. Al-Ankabut: 2–3
"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ lalu mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui siapa yang benar dan siapa yang dusta."
💭 Refleksi:
Mungkin cibiran bukanlah tanda bahwa kita salah jalan, melainkan ujian kecil untuk menimbang seberapa murni niat kita dalam berhijrah. Apakah kita berubah karena Allah, atau karena sekadar ingin terlihat baik di mata manusia?
🌸 Kisah Nyata: Ujian di Jalan Hijrah
Rani, seorang mahasiswa, mulai menata hidupnya: berhijab, menjaga lisan, dan mengurangi nongkrong malam. Tujuannya sederhana—ingin lebih dekat dengan Allah.
Namun, teman-temannya justru mencibir: “Sok alim, nanti juga balik lagi!” Hatinya pun goyah. Kadang ia bertanya: lebih baik ikut arus, atau tetap teguh dengan pilihannya?
Sahabat sekalian, bukankah kisah seperti ini sering terjadi di sekitar kita? Setiap kali ada yang berubah lebih baik, komentar miring pun datang silih berganti.
💭 Refleksi:
Kalau manusia saja bisa berubah dari buruk menjadi baik, mengapa kita merasa berhak merendahkan orang yang sedang berjuang memperbaiki diri? Bukankah yang terpenting bukan cibiran orang lain, melainkan penilaian Allah pada akhir perjalanan hidup kita?
🌙 Mengapa Hijrah Itu Berat Tapi Bernilai Tinggi?
Hijrah memang berat, karena:
-
Kita melawan hawa nafsu dan kebiasaan lama.
-
Kita dituntut konsisten di tengah godaan dunia.
-
Kita harus siap menghadapi cibiran orang lain.
Namun, justru karena berat itulah nilainya tinggi di sisi Allah.
📖 Hadits:
“Orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Rasulullah ﷺ juga bersabda tentang orang asing:
“Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.”
(HR. Muslim)
💭 Refleksi:
Kadang kita perlu berani merasa “asing” di dunia agar tidak asing di akhirat. Pertanyaannya: apakah aku siap menghadapi cibiran manusia demi memperoleh senyuman ridha Allah?
🌟 Hikmah di Balik Cibiran dan Ujian Hijrah
-
Penyaring niat: cibiran menguji apakah hijrah kita sungguh karena Allah atau hanya ingin dipuji manusia.
-
Peninggi derajat: sabar atas cercaan bisa mengangkat derajat di sisi Allah.
-
Penguat iman: setiap ujian yang dilewati membuat hati lebih tegar.
-
Pahala sabar: Rasulullah ﷺ bersabda, “Tiada sesuatu yang menimpa seorang Muslim, baik berupa rasa sakit, susah, sedih, maupun gangguan, melainkan Allah hapuskan dosanya karenanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
💭 Refleksi:
Cibiran hanyalah suara dari mulut manusia yang akan lenyap bersama waktu. Sementara itu, kesabaran yang kita rawat bisa menjadi sebab Allah menutupi dosa kita di akhirat kelak. Mana yang lebih layak dipilih: kesabaran yang menyelamatkan, atau pengakuan kosong dari manusia yang fana?
✍️ 7 Cara Islami Tetap Kuat Saat Dicibir Sok Suci
-
Perkuat Niat
Tulis di jurnal: “Aku berhijrah bukan untuk mereka, tapi untuk Allah.” -
Dekat dengan Al-Qur’an
Bacalah minimal satu halaman per hari, jadikan Al-Qur’an peneguh hati. -
Cari Lingkungan Baru yang Sehat
Lingkungan shalih menjaga konsistensi, bukan melemahkan. -
Bangun Ibadah Malam
Tahajud adalah tempat terbaik untuk meminta kekuatan. -
Balas dengan Akhlak
Senyum dan doa lebih kuat daripada seribu bantahan. -
Kurangi Interaksi Toksik
Batasi circle lama yang menarik ke arah buruk. -
Cari Mentor atau Ustadz Pembimbing
Agar langkah hijrah tidak goyah, butuh bimbingan orang berilmu.
💭 Refleksi:
Kalau Nabi ﷺ saja membalas caci maki dengan doa dan kelembutan, bagaimana mungkin kita merasa layak membalas cibiran dengan kemarahan?
💭 Refleksi Hati: Pertanyaan untuk Diri Kita
-
Apakah aku lebih takut dicibir manusia, atau takut Allah berpaling dariku?
-
Apakah cibiran membuatku berhenti hijrah, padahal mereka tidak bisa menolongku di akhirat?
-
Apakah aku memilih ridha manusia atau ridha Allah?
🌿 Kisah Teladan Sahabat & Ulama
📖 Bilal bin Rabah r.a.
Bilal disiksa karena iman, ditindih batu besar, namun tetap berkata: “Ahad, Ahad!” Meski dicibir dan disiksa, ia teguh hingga Allah memuliakannya.
📖 Umar bin Khattab r.a.
Ketika hijrah ke Madinah, Umar tidak sembunyi-sembunyi. Ia berkata lantang: “Siapa yang ingin ibunya kehilangan anaknya, temuilah aku di balik bukit ini!” → keberanian dalam istiqamah.
📖 Ulama Salaf
Banyak ulama dicemooh karena pendiriannya. Imam Ahmad bin Hanbal dicambuk karena mempertahankan akidah. Namun, kesabaran mereka justru membuat nama harum hingga kini.
💭 Refleksi:
Kalau sahabat dan ulama terdahulu sanggup menghadapi hinaan bahkan siksaan, mengapa kita gentar hanya karena cibiran di media sosial atau komentar teman sebaya?
✨ Penutup: Fokus pada Ridha Allah
Hijrah bukan sekadar perubahan gaya hidup, melainkan perubahan arah hidup menuju Allah. Jangan biarkan cibiran melemahkan tekadmu.
📖 Hadits Niat:
“Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia cari, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang ia tuju.”
(HR. Bukhari & Muslim)
💭 Refleksi:
Cibiran akan hilang bersama waktu, tapi ridha Allah adalah keabadian. Pertanyaannya: apakah aku mau mengorbankan ridha Allah hanya untuk menghindari komentar manusia yang tak kekal?
🤲 Doa Penutup
اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَاجْعَلْ هِجْرَتَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ، وَقَوِّ قُلُوبَنَا فِي مُوَاجَهَةِ السُّخْرِيَةِ وَالْأَذَى، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يَسْتَقِيمُونَ حَتَّى نَلْقَاكَ.
“Ya Allah, teguhkan hati kami di atas agama-Mu. Jadikan hijrah kami ikhlas karena-Mu. Kuatkan kami dalam menghadapi cibiran dan gangguan. Jadikan kami hamba-Mu yang istiqamah hingga bertemu dengan-Mu.”
Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
📚 Referensi Singkat
-
QS. Ar-Ra’d: 11
-
QS. Al-Ankabut: 2–3
-
QS. Al-Baqarah: 286
-
HR. Bukhari & Muslim (hijrah, meninggalkan larangan Allah, ghuraba’)
-
Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ar-Ra’d: 11
Komentar
Posting Komentar