🕌 Menuntut Ilmu dalam Islam: Cahaya yang Membimbing Hidup
🌱 Pendahuluan: Ilmu sebagai Nafas Kehidupan
Setiap manusia lahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Namun, Allah anugerahkan akal, hati, dan rasa ingin tahu sebagai bekal. Tanpa ilmu, manusia bagaikan berjalan di malam pekat tanpa pelita. Dengan ilmu, jalan menjadi terang, arah jelas, langkah penuh keyakinan.
Islam menempatkan ilmu di posisi yang sangat tinggi. Wahyu pertama yang turun bukan perintah shalat, zakat, atau haji, melainkan “Iqra’” – Bacalah! (QS. Al-‘Alaq: 1). Ini menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah fondasi dari semua amal.
🌸 Ilmu sebagai Cahaya
Ilmu ibarat cahaya. Dengan cahaya, kita bisa melihat apa yang sebelumnya tersembunyi. Dengan cahaya, kita bisa memilih jalan selamat dan menghindari jurang.
Allah berfirman:
“… Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
(QS. Az-Zumar: 9)
Ibnul Qayyim berkata: “Ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan dalam hati. Ia menerangi pemiliknya dan orang di sekitarnya.”
Tanpa cahaya ilmu, kita bisa salah melangkah. Seperti orang yang ingin menolong tapi malah mencelakakan karena tidak tahu caranya.
🌿 Kisah Sahabat dan Ulama
Abdullah bin Abbas RA
Dikenal sebagai lautan ilmu di kalangan sahabat. Beliau rela menunggu di depan rumah sahabat senior hanya untuk mendapatkan satu hadits. Kerendahan hati inilah yang membuat Allah memberkahi ilmunya.
Imam Syafi’i
Dalam perjalanan menuntut ilmu, beliau pernah menulis catatan di pelepah kurma karena tidak mampu membeli kertas. Dari kesungguhan itu, lahirlah imam besar yang ilmunya masih kita nikmati hingga hari ini.
🌸 Kisah-kisah ini menegaskan: ilmu tidak datang tanpa kesungguhan. Ia menuntut pengorbanan, kesabaran, dan kerendahan hati.
🌍 Menuntut Ilmu di Era Digital
Hari ini, menuntut ilmu tidak lagi terbatas di madrasah atau masjid. Seorang santri di desa kecil bisa mengakses kitab klasik lewat aplikasi. Seorang mahasiswa di kota besar bisa belajar tafsir melalui kanal YouTube ulama.
Namun, ada tantangan baru: banjir informasi. Tidak semua yang kita baca adalah ilmu yang benar. Sebagian hanyalah opini tanpa dasar. Di sinilah pentingnya bimbingan guru.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Jalan ilmu bukan sekadar membaca, tapi menapaki jalan yang benar, di bawah bimbingan orang yang tepat.
🌟 Analogi Inspiratif
-
Ilmu ibarat air → semakin jernih, semakin menghidupkan. Namun, bila tergenang tanpa diamalkan, ia bisa keruh.
-
Ilmu ibarat peta → tanpa peta, musafir bisa tersesat meski punya bekal melimpah.
-
Ilmu ibarat pelita → semakin banyak pelita dinyalakan, semakin luas gelap yang terusir.
Bayangkan seorang musafir di padang pasir. Ia membawa bekal banyak, tapi tidak tahu arah. Semua bekal itu akhirnya habis tanpa sampai tujuan. Begitulah hidup tanpa ilmu.
💎 Adab dalam Menuntut Ilmu
Para ulama menekankan: adab lebih utama daripada ilmu. Mengapa? Karena ilmu tanpa adab bisa melahirkan kesombongan.
Adab dalam menuntut ilmu antara lain:
-
Ikhlas niat hanya karena Allah.
-
Menghormati guru meski beliau sederhana.
-
Rendah hati meski sudah mengetahui banyak hal.
-
Mengamalkan ilmu karena ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.
Imam Malik pernah berkata kepada seorang murid: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”
🌍 Pandangan Ulama Klasik dan Modern
Imam Al-Ghazali menulis dalam Ihya’ Ulumuddin: “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu tidak ada gunanya.”
Buya Hamka di abad ke-20 berkata: “Ilmu itu cahaya, dan dengan cahaya itu kita melihat jalan hidup. Tanpa cahaya ilmu, manusia berjalan seperti dalam gelap gulita.”
🌸 Dari ulama klasik hingga modern, pesan mereka sama: ilmu adalah cahaya, tapi cahaya itu hanya bermanfaat jika mengarahkan kita kepada Allah.
💭 Refleksi Kontemporer
Di zaman ini, banyak orang cerdas tapi tidak bijak. Banyak yang pintar teknologi, tapi miskin akhlak. Banyak yang berpengetahuan, tapi lupa bersyukur.
Maka, pertanyaan yang patut kita renungkan:
-
Apakah ilmu yang kita cari mendekatkan kita kepada Allah, atau menjauhkan?
-
Apakah ilmu yang kita miliki memberi manfaat bagi sesama, atau justru melukai?
-
Apakah kita belajar untuk menambah pahala, atau sekadar menambah gelar?
🌸 Kisah Kontemporer: Santri Perantau
Di sebuah pesantren kecil di Jawa, ada seorang santri yang menempuh perjalanan jauh hanya dengan sepeda butut demi bisa belajar agama. Setiap hari ia bangun sebelum fajar, membersihkan halaman masjid, lalu mencatat pelajaran dengan penuh semangat.
Kini, puluhan tahun kemudian, ia menjadi guru bagi ribuan murid. Ilmunya menembus batas waktu dan tempat.
Kisah ini nyata, dan mengingatkan kita: kesungguhan menuntut ilmu tidak pernah sia-sia.
🌅 Penutup: Ilmu yang Menghidupkan
Ilmu adalah warisan para nabi. Tidak ada warisan lebih mulia daripada ilmu. Dengan ilmu, hati tercerahkan, jiwa terarah, dan umat bangkit.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah pahamkan dia dalam urusan agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
🌸 Mari jadikan ilmu sebagai cahaya dalam langkah kita. Jangan biarkan hidup berjalan dalam gelap tanpa pelita.
🙏 Doa Penutup
اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَزِدْنَا عِلْمًا وَعَمَلًا صَالِحًا
Allāhumma anfa‘nā bimā ‘allamtanā, wa ‘allimnā mā yanfa‘unā, wa zidnā ‘ilman wa ‘amalan ṣāliḥā.
“Ya Allah, berilah manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan, ajarkanlah yang bermanfaat, dan tambahkanlah ilmu serta amal yang shalih.”
📚 Referensi:
-
QS. Al-‘Alaq: 1
-
QS. Az-Zumar: 9
-
HR. Muslim – jalan ilmu menuju surga
-
HR. Bukhari & Muslim – paham agama tanda kebaikan
-
Perkataan Ali bin Abi Thalib RA, Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, Buya Hamka
Komentar
Posting Komentar