🌿 Mencintai Diri Tanpa Jauh dari Allah: Self-Love dalam Islam

Ilustrasi digital seorang wanita Muslim berhijab krem dengan tangan diletakkan di dada, mata terpejam, mengekspresikan ketenangan dan penerimaan diri. Latar belakang berwarna oranye hangat dihiasi daun hijau, dengan teks “SELF-LOVE DALAM ISLAM: Cara Mencintai Diri Tanpa Jauh dari Allah.

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”
(QS. An-Nisa: 29)


Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh,

Di dunia yang sibuk, bising, dan menuntut kesempurnaan dari setiap sisi, kita diajak untuk mencintai diri. Istilah self-love begitu populer — “Terima dirimu”, “Buat dirimu bahagia”, “Lepaskan semua yang tidak kamu suka”...

Namun pertanyaannya adalah:
Apakah cara kita mencintai diri hari ini mendekatkan kita pada Allah, atau malah menjauhkan?


🕊 Mencintai Diri sebagai Amanah dari Allah

Islam tidak menolak cinta pada diri. Justru Islam memerintahkannya — bukan dengan memanjakan, tapi dengan menjaga.

“Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu.”
(HR. Bukhari)

Cinta diri Islami berarti:

  • Menjaga diri dari maksiat yang merusak jiwa

  • Merawat tubuh dan akal dengan syukur

  • Menghindari lingkungan yang menjauhkan dari Allah

  • Menata hidup agar lebih ridha kepada-Nya


🌱 Tanda Self-Love yang Sehat dan Islami

  1. Cinta dengan Kerendahan Hati
    Menerima kelebihan tanpa sombong. Merendah karena tahu semua ini titipan Allah.

  2. Menjaga Amanah Fisik & Emosional
    Makan sehat, tidur cukup, menahan iri dan dendam — itu bentuk cinta sejati.

  3. Menjalani Hidup Bernilai Akhirat
    “Cinta diri” bukan berarti menuruti keinginan. Tapi menuntunnya ke arah yang Allah ridai.

  4. Tidak Jadi Budak Standar Dunia
    Cinta diri Islami tidak bergantung pada validasi sosial, tapi pada kedekatan spiritual.

“Barang siapa mencari keridaan Allah meski manusia murka, maka Allah akan ridha kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)


⚠️ Jika Salah Memahami Self-Love

  • ❌ Menjadi dalih untuk menunda kewajiban

  • ❌ Membenarkan dosa atas nama “nerima diri”

  • ❌ Membuat kita abai terhadap tanggung jawab

Cinta yang membenarkan kesalahan… bukanlah cinta sejati.
Self-love Islami bukan memanjakan, tapi mendidik diri menuju kemuliaan.


✅ Praktik Self-Love yang Islami

  • Bersyukur atas nikmat diri
    Gunakan akal, tubuh, dan hati untuk kebaikan.

  • Memaafkan diri dengan taubat dan tawakal
    Kita memang pernah jatuh, tapi cinta sejati mengajak kita bangkit — bukan tinggal dalam luka.

  • Mengisi hidup dengan amal
    Makin bermanfaat, makin tinggi nilai kita di sisi Allah.

  • Mendekat pada Allah
    Karena hanya dalam pelukan-Nya, kita tahu nilai diri yang sesungguhnya.


💭 Renungan Hari Ini

  • Apakah cintaku pada diri membuatku lebih dekat kepada Allah?

  • Apakah aku menjaga hak diriku, tanpa melupakan hak Allah dan sesama?

  • Jika Allah melihat isi hatiku, apakah Ia ridha?


📖 Teladan: Umar bin Khattab dan Cinta Diri yang Mendidik

“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu tidak keras karena benci diri — tapi karena cinta. Ia tidak membiarkan dirinya larut dalam kekurangan, tapi juga tidak menghinakan dirinya karena salah. Ia bertumbuh — itulah self-love Islami yang sejati.


🤲 Doa Cinta Diri yang Menumbuhkan

اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبِّي لِنَفْسِي سَبَبًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا تَجْعَلْنِي أُعْجَبَ بِهَا فَأَهْلِكَ

“Ya Allah, jadikan cintaku pada diriku sebagai jalan menuju ketaatan kepada-Mu. Dan jangan jadikan aku terpesona oleh diriku hingga celaka.”


🕊 Aksi Hari Ini

Tulis satu cara sehat mencintai diri — dan pastikan itu membuatmu lebih dekat kepada Allah.
Misalnya: tidur tepat waktu, istirahat dari media sosial, menolak pertemanan toksik, atau istighfar sebelum tidur.


Waʿalaikumussalām warahmatullāhi wabarakātuh.

Cinta diri bukan akhir. Ia adalah awal — untuk mengenal Allah lebih dalam melalui perbaikan diri.

Semoga kita mampu mencintai diri dengan cara yang diridhai-Nya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumayyah binti Khayyat & Keteguhan yang Menembus Langit

Suara Zainab: Keberanian Putri Ali yang Menggetarkan Kekuasaan

AI dalam Dakwah: Manfaat, Bahaya, dan Hikmah yang Harus Dijaga