🌌 Merasa Lebih Tinggi dari Orang Miskin? Renungan Islami tentang Kesombongan
Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
🌅 Sebuah Adegan yang Membuka Mata
Di suatu jalan kota, seorang pejalan kaki menyingkir ketika melihat pemulung lewat dengan pakaian lusuh. Ia menutup hidung, menoleh ke arah lain, dan berjalan cepat. Sementara pemulung itu menunduk, seolah meminta maaf karena keberadaannya mengganggu.
Pertanyaannya: siapa sebenarnya yang lebih tinggi di hadapan Allah—si kaya yang merasa mulia, atau si miskin yang tetap sabar menjalani hidupnya?
📖 Islam Menegur Kesombongan Sosial
Allah berfirman:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”
(HR. Muslim)
Kesombongan sosial adalah penyakit hati yang berbahaya, karena mengikis empati dan menjauhkan kita dari rahmat Allah.
👣 Kisah-Kisah yang Mengajarkan Kerendahan Hati
Rasulullah ﷺ dan Orang Miskin
Dalam sebuah majelis, Rasulullah ﷺ menegur seseorang yang menjauhkan kainnya agar tidak tersentuh orang miskin. Beliau bersabda: “Apakah kamu takut miskinnya menular kepadamu, atau hartamu berkurang karena dekat dengannya?”
Abdurrahman bin Auf r.a.
Sahabat yang kaya raya, namun kerendahan hatinya membuatnya gemar berbagi diam-diam. Ia takut kekayaannya justru menjadi bumerang di akhirat jika tidak digunakan di jalan Allah.
Ali bin Abi Thalib r.a.
Pemimpin besar yang duduk bersama rakyat biasa, makan dengan sederhana, dan menolak penghormatan berlebihan. Beliau menunjukkan bahwa kemuliaan bukan pada kedudukan, melainkan ketakwaan.
🔍 Refleksi Psikologis
Kesombongan terhadap orang miskin sering kali lahir dari rasa insecure yang disembunyikan dengan keangkuhan.
-
Semakin merasa lebih kaya, semakin takut kehilangan.
-
Semakin merasa lebih tinggi, semakin rapuh ketika diuji.
-
Semakin jauh dari empati, semakin kering hati yang seharusnya lembut.
💭 Pertanyaan untuk Renungan
-
Pernahkah aku enggan duduk di samping orang miskin?
-
Apakah aku menilai orang dari pakaian atau dari ketakwaannya?
-
Jika suatu hari aku diuji miskin, masihkah aku percaya diri di hadapan manusia?
🌟 Siapa yang Sebenarnya Jatuh?
Kesombongan mungkin membuat seseorang tampak tinggi di dunia, tetapi sejatinya ia jatuh di mata Allah. Sebaliknya, orang miskin yang sabar mungkin dipandang rendah oleh manusia, tetapi ia tinggi di langit.
Allah tidak melihat rumah, kendaraan, atau saldo kita. Allah melihat hati dan amal kita. Maka hati yang sombong adalah kehinaan, sementara hati yang tawadhu adalah kemuliaan.
🤲 Doa Penutup
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُرُورِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَوَاضِعِينَ، الَّذِينَ لَا يَرَوْنَ فِي أَنْفُسِهِمْ فَضْلًا عَلَى أَحَدٍ إِلَّا بِتَقْوَاكَ. اللَّهُمَّ اغْنِنَا بِالْقَنَاعَةِ، وَارْفَعْ دَرَجَاتِنَا بِالطَّاعَةِ، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.
“Ya Allah, sucikan hati kami dari kesombongan. Jadikan kami hamba-Mu yang rendah hati, cukup dengan qana’ah, dan mulia dengan ketaatan.”
✨ Penutup
Kita bisa terlihat tinggi di mata manusia, tetapi rendah di mata Allah jika hati dipenuhi sombong. Sebaliknya, kita bisa tampak sederhana di dunia, tetapi sangat tinggi di sisi Allah karena ketakwaan.
Wassalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
📢 Call-to-Action (CTA)
💡 Pernahkah kamu merasa lebih tinggi dari orang miskin?
Mari kita belajar tawadhu dan menebar empati. Bagikan artikel ini agar lebih banyak orang sadar bahwa kemuliaan sejati hanya ada dalam ketakwaan, bukan harta atau status.
📚 Referensi:
QS. Al-Hujurat: 13
HR. Muslim tentang kesombongan
Kisah Abdurrahman bin Auf r.a.
Kisah Ali bin Abi Thalib r.a.
Komentar
Posting Komentar