Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Etika Kamera: Saat Kesedihan Jadi Konten di Era Digital

Gambar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saudaraku yang budiman, Di era ketika segala hal bisa direkam dan disebarkan dalam hitungan detik, kadang kita lupa: bahwa tidak semua momen pantas dijadikan tontonan. Apalagi jika yang sedang tertangkap kamera adalah manusia yang sedang rapuh . 🎬 Tangisan yang Kini Tak Lagi Sunyi Bayangkan ini: Seorang ibu kehilangan anaknya di tengah bencana. Ia menjerit, menggenggam pakaian terakhir yang tersisa. Di sekitarnya, bukan hanya petugas yang sigap, tapi juga beberapa kamera dari ponsel-ponsel yang mengarah padanya. Ada yang merekam diam-diam. Ada yang sambil live . Tangisan itu tak lagi sunyi. Ia menjadi tontonan. Dulu, kita ulurkan tangan. Sekarang, kita buka kamera. Dulu, kita mendoakan. Kini, kita mencari angle terbaik. Derita tak harus ditangisi—cukup diberi caption menyentuh. Lalu selesai. Kita merasa telah peduli. 🎥 Eranya Air Mata Dijadikan Materi Kecelakaan? Cek dulu angle. Orang kesurupan? Siap-siap TikTok. Anak telantar? Tambah...

Ilmu Tanpa Adab Adalah Kesombongan: Hikmah dari Imam Syafi’i

Gambar
                                              "Ilmu yang tidak melahirkan adab hanyalah kesombongan terselubung." Tak banyak nama dalam sejarah Islam yang menyatu antara kedalaman ilmu dan keindahan adab. Tapi Imam Syafi’i adalah satu di antaranya. Di tengah perdebatan dan keragaman pandangan, beliau hadir seperti mata air: menyegarkan, meneduhkan, dan menumbuhkan. 🌿 Cahaya yang Tumbuh di Lorong Gaza Lahir pada 150 H di Gaza, Palestina, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i kehilangan ayah sejak kecil. Ibunya miskin, tapi kaya jiwa. Ia mencintai ilmu, dan cinta itulah yang menuntun Syafi’i kecil menyusuri jalan ilmu dengan tekun. Di usia 7 tahun, ia telah hafal Al-Qur’an. Belum genap 10 tahun, ia menghafal Al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Ia menulis di pelepah kurma dan tulang karena tak mampu membeli kertas. Tekadnya lebih kuat dari fasilitas. Dan itulah cahaya pertama yang meny...

🌿 Ketika Anak Sulit Diatur: Bimbingan Islami, Bukan Penghakiman

Gambar
“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Ketika seorang anak tampak rewel, marah, atau melawan, kita cenderung cepat berkata: “Dasar nakal.” “Bikin malu!” “Sulit diatur!” Padahal bisa jadi, mereka bukan sedang melawan. Tapi sedang bingung, kewalahan, atau berharap dipeluk . Rasulullah ﷺ tidak pernah memukul anak, bahkan saat mereka berbuat salah. Beliau menuntun dengan kelembutan, bukan emosi. Dengan cinta, bukan amarah. 🕊 Islam Memandang Anak Sebagai Amanah, Bukan Beban Anak bukan miniatur orang dewasa. Mereka belum sempurna — dan memang tidak harus. “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Baihaqi) Pendidikan dalam Islam adalah proses menumbuhkan nilai, bukan memaksakan patuh . Bukan untuk mencetak anak ideal — tapi membesarkan jiwa yang kuat dan lembut. ✅ 5 Langkah Praktis Hadapi Anak Sulit Tanpa Keker...

Serius Hijrah, Tapi Malah Dibilang Sok Suci? Ini Cara Menghadapinya

Gambar
  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Pernahkah kamu mencoba berubah menjadi pribadi yang lebih baik—menjaga salat, menjauhi maksiat, lebih dekat ke Allah—tapi malah dicibir orang? “Ih, sok suci banget!” “Baru hijrah udah nge-judge orang?” Lucunya, komentar itu datang bukan dari orang asing, tapi dari teman sendiri. Padahal kamu tidak merasa paling benar. Kamu hanya serius ingin hidup lebih bermakna . Mengapa Hijrah Itu Berat Tapi Berharga? Hijrah bukan soal penampilan. Tapi soal arah. Mungkin kamu pernah merasa capek hidup tanpa arah—scroll media sosial berjam-jam, nongkrong semalaman, tapi tetap merasa kosong. Ketika kamu memutuskan untuk berubah, itu bukan karena kamu merasa suci. Tapi karena kamu ingin bersih. “Setiap anak Adam pasti bersalah. Dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi, 2499)...

Mengapa Kita Selalu Merasa Kurang? Refleksi Ringan untuk Jiwa yang Lelah Mengejar

Gambar
                                                   Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saudaraku yang dirahmati Allah, Setiap dari kita mungkin pernah merasakan kosong, bahkan saat dunia seolah sudah memberi banyak. Tulisan ini ditujukan untuk jiwa-jiwa yang lelah mengejar, dan ingin kembali menemukan ketenangan—bukan di luar sana, tapi di dalam sini. 💬 Ketika Semua Ada, Tapi Masih Terasa Kosong Kita hidup di era paling nyaman dalam sejarah manusia: Pakaian melimpah, makanan mudah, hiburan tak pernah berhenti. Tapi ada satu hal yang sering tetap terasa kurang: ketenangan batin. Apa artinya saldo bertambah, gawai tercanggih, notifikasi ramai— kalau setiap malam masih terasa hampa? Mungkin, bukan karena kita kurang memiliki, tapi karena kita jarang berhenti untuk benar-benar merasakan. 🌪️ Kenapa Kita Tetap Merasa Kurang? Pernahkah kam...

Adab Sebelum Ilmu: Warisan Imam Malik bin Anas untuk Zaman Kini

Gambar
                                         🕌 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh “Apa jadinya ilmu tanpa adab? Ia bisa menjadi terang yang membakar, bukan menerangi.” Di zaman ketika ilmu begitu mudah disebar, tapi adab kerap dilupakan, kisah Imam Malik menjadi oase. Bukan karena banyaknya fatwa yang ia hasilkan. Tapi karena sikapnya yang tegak berdiri di atas prinsip, meski dunia menggoda dari segala sisi. Dan semua itu berawal… dari pesan seorang ibu. 👶 Masa Kecil: Di Mana Adab Ditanam Lebih Dulu Lahir di Madinah tahun 93 H, Imam Malik tumbuh dalam rumah yang lebih dulu menanam adab sebelum kitab . Ibunya, wanita salehah yang penuh hikmah, pernah berkata: “Pergilah kepada Rabi’ah. Belajarlah adabnya sebelum ilmunya.” Petuah ini menjadi akar hidup Imam Malik. Ia belajar kepada lebih dari 900 guru, termasuk ulama tabi’in besar. Tapi bukan hanya ilmunya yang menyinar...

🌿 6 Cara Hijrah dari Circle Toksik Tanpa Menyakiti

Gambar
                                                  “Seseorang tergantung agama temannya. Maka perhatikanlah dengan siapa dia berteman.” (HR. Abu Dawud) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Ada saat ketika sebuah lingkar pertemanan justru menjauhkan kita dari Allah. Obrolan seru, tapi hati kosong. Banyak tawa, tapi salat terasa berat. Bukan karena kita membenci mereka, tapi karena kita ingin menjaga hati dan iman . Islam tidak menyuruh memutus. Islam mengajarkan berhijrah dengan adab — demi keselamatan jiwa. 🧭 Pertemanan Itu Arah, Bukan Sekadar Nyaman Lingkungan pergaulan bukan sekadar tempat mengobrol — ia bisa jadi kendaraan menuju surga , atau jerat menuju kelalaian . Tanda circle yang melemahkan iman: Obrolan penuh kelalaian Minim nasihat kebaikan Membuat hati menjauh dari zikir dan amal Rasulullah ﷺ bersabda: “Teman yang ba...

🌿 Waktu Fajar: Saat Allah Mengetuk Hatimu Diam-Diam

Gambar
  Demi fajar…” (QS. Al-Fajr: 1) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Di saat kebanyakan dunia masih terlelap, Allah telah menurunkan satu waktu penuh berkah — waktu fajar. Bukan hanya cahaya yang perlahan muncul, tapi undangan lembut dari langit untuk kembali, berbenah, dan mengadu. Fajar bukan sekadar transisi malam ke pagi. Ia adalah getaran lembut Allah ke hati yang ingin pulang. 🕌 Mengapa Allah Bersumpah Demi Fajar? “Demi fajar…” (QS. Al-Fajr: 1) Allah tidak bersumpah atas sesuatu kecuali hal itu agung. Fajar adalah waktu ketika: Langit paling jernih Doa paling dalam Hati paling jujur Cahaya paling bersih Ibnu Katsir rahimahullah menyebut waktu fajar sebagai awal dari keberkahan hidup bagi orang beriman. 💧 Kisah Nyata: Bangun Sebelum Subuh, Bukan Karena Masalah, Tapi Karena Allah Rafi, 27 tahun. Kehilangan pekerjaan dan ditinggal tunangan. Suatu malam ia hanya berkata, “Ya Allah, aku lelah.” Esoknya ia terbangun sebelum...

Tanda-Tanda Allah Membiarkan Kita: Bahaya Istidraj dan Cara Kembali kepada-Nya

Gambar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🌧️ Musibah Terbesar: Bukan Kehilangan, Tapi Dibiarkan Saudaraku, Musibah terbesar dalam hidup ini… bukan kehilangan uang, pekerjaan, atau orang tercinta. Tapi ketika kita masih bisa tertawa, makan, bekerja—namun tanpa bimbingan dari Allah . Itu bukan hidup. Itu kesendirian jiwa yang sunyi dan mengerikan . “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha: 124) 😔 Saat Allah Tidak Lagi Menegur 🔦 Seperti berjalan di lorong gelap… tapi kita lupa membuka mata. Dulu, saat kita berdosa, kita menangis. Sekarang… berdosa terasa biasa saja. Bahkan kadang tidak terasa. Bukan karena kita kuat. Bisa jadi karena Allah sudah membiarkan kita — tidak ditegur lagi, tidak disadarkan lagi. “Dan Kami palingkan hati serta pandangan mereka, sebagaimana mereka tidak beriman pada (ayat) itu pertama kali…” (QS. Al-An’am: 110) Ibnu Qayyim rahimahullah pernah berkata: "Tak ada...

🌿 Bahaya Dosa Kecil: Diam-Diam Menghancurkan Hati dan Iman

Gambar
                                                          “Jangan lihat kecilnya dosa, tapi lihat kepada siapa kamu berdosa.” — Abdullah bin Mas’ud Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Pernahkah kita meremehkan hal-hal kecil? Menunda shalat 5 menit Mengucap “cuma bercanda kok” saat menyakiti Melihat yang tak seharusnya, walau hanya “sekilas” Awalnya terasa ringan. Tapi justru di sanalah letak bahayanya. Bukan karena besarnya perbuatan, tapi karena kecilnya rasa takut kepada Allah saat melakukannya. 🔥 Dosa Kecil Itu Menumpuk, Lalu Membakar Rasulullah ﷺ bersabda: “Berhati-hatilah terhadap dosa kecil. Ia seperti ranting kecil yang menumpuk, lalu membakar rumah.” (HR. Ahmad dan Thabrani) Dosa kecil bukan sekadar ringan, ia mengikis iman secara perlahan , hingga tak terasa — sampai hati tak lagi bisa...