Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

🕌 Idul Fitri: Kembali ke Fitrah, Bukan Sekadar Perayaan Tahunan

Gambar
         "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi." (QS. Ali ‘Imran: 133) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita kembali dengan hari kemenangan: Idul Fitri. Hari di mana umat Islam menyambut kembalinya fitrah — bukan hanya dengan baju baru, tapi dengan hati yang baru. Namun hari ini, izinkan kita merenung: Apakah Idul Fitri ini benar-benar membawa kita kembali kepada Allah? Atau hanya sekadar menjadi rutinitas tahunan yang penuh formalitas? 🕊 Makna Fitrah: Kesucian Jiwa yang Harus Dijaga Secara bahasa, fitrah berarti kemurnian. Bersihnya hati, lurusnya niat, lembutnya laku. Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim) Fitrah bukan hadiah otomatis. Ia adalah hasil dari latihan ruhani selama Ramadan. Maka jangan sampai,...

🌌 Budaya Flexing di Media Sosial: Bahaya Hilangnya Qanaah dalam Hidup

Gambar
  🕌 Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Pernahkah engkau membuka media sosial dan mendapati parade kehidupan glamor? Mobil mewah, liburan mahal, barang branded — semua ditampilkan dengan penuh kebanggaan. Lalu tanpa sadar, hatimu bertanya: “Kenapa hidupku biasa-biasa saja? Apakah aku tertinggal?” Fenomena inilah yang kini disebut budaya flexing : pamer pencapaian, kekayaan, atau gaya hidup di media sosial. Sekilas tampak wajar, bahkan menyenangkan. Namun di balik itu ada bahaya besar yang sering tak disadari: hilangnya rasa qanaah, puas dengan rezeki yang Allah berikan. 📊 Tekanan Media Sosial dan Perbandingan Hidup Riset terbaru We Are Social 2025 mencatat, 68% pengguna aktif media sosial di Indonesia pernah merasa tertekan karena membandingkan hidupnya dengan orang lain. Scrolling seakan jadi aktivitas ringan, tapi dampaknya bisa berat: muncul rasa iri, minder, atau bahkan depresi. Fenomena ini sejalan dengan konsep psikologi modern: social comparison theory . ...

✨Sa’ad bin Abi Waqqash – Sahabat Nabi, Panglima Surga, dan Pemilik Doa Mustajab

Gambar
  Pembukaan: Teladan Abadi Sepanjang Zaman Apa jadinya jika doa-doamu selalu dikabulkan? Di antara para sahabat Nabi ﷺ, ada seorang yang doanya mustajab, panahnya pertama menembus barisan musuh, dan imannya teguh meski diuji cinta ibunya sendiri. Dialah Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu ‘anhu — sahabat Nabi, panglima surga, dan teladan abadi bagi siapa pun yang mencari keseimbangan dunia dan akhirat. Awal Cahaya: Pemuda Mekah Penantang Arus Sa’ad lahir di Mekah dari keluarga terpandang. Pada usia 17 tahun, ketika kebanyakan pemuda sibuk mengejar dunia, Sa’ad justru menemukan cahaya iman melalui dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia termasuk di antara sahabat pertama yang memeluk Islam. Keputusannya menentang arus besar Mekah. Namun Sa’ad yakin: “Jika ini kebenaran dari Allah, untuk apa aku ragu?” Pelajaran abadi dari Sa’ad: iman sejati lahir dari keberanian melawan arus. Ujian Cinta: Antara Ibu dan Iman Ketika ibunya tahu Sa’ad masuk Islam, ia murka: “Sa’ad, aku tidak akan makan dan m...

🌌Hijrah karena Allah: Bukan Tren, tapi Komitmen Istiqamah Seumur Hidup

Gambar
  Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh. Alhamdulillāh, segala puji hanya bagi Allah ﷻ yang telah memberikan hidayah dan kekuatan iman kepada kita. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan sejati, kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang istiqamah dalam menapaki jalan kebenaran. Jamaah yang dirahmati Allah, Hari ini, kata “hijrah” sering terdengar di mana-mana. Di media sosial, seminar keislaman, komunitas anak muda, hingga dunia fashion. Tapi, mari kita bertanya dengan jujur kepada diri sendiri: Apakah hijrah yang kita jalani adalah hijrah karena Allah, atau sekadar tren dan eksistensi sosial? Islam mengajarkan bahwa hijrah sejati adalah berpindah — dari kegelapan menuju cahaya, dari mengikuti hawa nafsu menuju hidup dalam tuntunan wahyu. Hijrah Bukan Sekadar Penampilan Hijrah bukan hanya tentang: Ganti pakaian jadi lebih syar’i Unfollow akun-akun yang buruk Upload kutipan hadits di Instagram Hijrah adalah tent...

🕌 Makna Sabar dalam Islam: Bukan Diam, Tapi Bertumbuh

Gambar
                                                             “Sabar adalah cahaya.” (HR. Muslim) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Segala puji bagi Allah ﷻ yang mengajarkan sabar bukan sebagai kelemahan, tapi sebagai kekuatan ruhani yang membuat jiwa tetap lurus saat diterpa ujian. Banyak orang mengira sabar itu diam. Tapi Islam memandang sabar sebagai gerak batin yang tetap hidup, bahkan dalam diam. 🧭 Sabar Itu Bergerak, Bukan Menyerah Allah ﷻ berfirman: “Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46) “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat…” (QS. Al-Baqarah: 45) Sabar bukan stagnasi. Ia adalah keputusan batin untuk tetap berjuang, bukan karena kuat, tapi karena percaya pada waktu Allah. 💠 Kisah Alya: Sabar yang Menumbuhkan Alya, siswi SMA, haru...

🌌 Islam dan Ambisi: Mengejar Mimpi Tanpa Lupa Arah

Gambar
                                                        Ambisi bukan dosa. Ia hanya butuh kompas. Dalam Islam, arah jauh lebih penting daripada kecepatan. 📍 Ketika Kata “Ambisius” Membuatku Terdiam Waktu itu aku masih remaja. Baru saja menemukan cinta pertamaku—bukan pada seseorang, tapi pada dunia ide. Menulis. Bercerita. Bermimpi. Aku berjalan dengan semangat yang menyala, seolah dunia menungguku untuk ditaklukkan. Tapi suatu sore, seorang teman menatapku dan berkata: “Kamu ambisius banget ya. Kayaknya duniawi semua deh.” Kalimat itu menghantam seperti hujan deras di tengah langkah riang. Aku bungkam. Ada rasa bersalah, ada bingung, ada pertanyaan: Apakah mimpiku terlalu keras? Apakah Tuhan akan menganggapku terlalu “mau menang sendiri”? Sejak itu, aku mulai mencari. Bukan sekadar jawaban, tapi arah. Islam ternyata tidak mematikan nyal...

✨ Zubair bin Awwam: Hawari Rasulullah, Ksatria Setia yang Gugur dalam Sujud

Gambar
                                                      Di bawah terik mentari Makkah, seorang remaja kurus digantung terbalik di atas bara api. Asap mengepul, tali kasar menekan kulitnya, panas bara membakar tubuh mudanya. Pamannya berteriak kasar: “Engkau tinggalkan agama nenek moyangmu? Ucapkan kembali nama berhala kita, atau habis engkau!” Namun dari bibir keringnya, hanya satu kalimat yang keluar, lirih tapi tegas: “Lā ilāha illallāh, Muhammadur Rasūlullāh.” Itulah Zubair bin Awwam—remaja belia yang kelak dikenang sebagai Hawari Rasulullah ﷺ , ksatria gagah yang setia hingga akhir hayat, dan lelaki yang menutup hidupnya dalam sujud. 🌟 Dari Remaja Tertindas ke Penolong Nabi Zubair lahir dari keluarga Quraisy terpandang. Ibunya, Shafiyyah binti Abdul Muthalib, adalah bibi Rasulullah ﷺ. Sejak kecil, ia sudah dekat dengan sosok mulia itu. Namun...

🕌 Etos Produktif Muslim: Bekerja dengan Niat, Beramal dengan Ihsan

Gambar
                                                       “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.” (QS. Al-‘Ashr: 1–2) Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, Saudaraku, Kita hidup di zaman yang memuja kesibukan. Padatnya jadwal dianggap tanda keberhasilan, sibuk dianggap prestasi. Namun dalam Islam, ukuran keberhasilan bukan banyaknya aktivitas… tetapi keberkahan dalam waktu dan keikhlasan dalam amal. Islam tidak melarang produktif. Tapi Islam mengajarkan produktif yang bernilai di sisi Allah. Bukan sekadar sibuk — tapi berniat, beradab, dan bertumbuh secara ruhani. ✅ 6 Pilar Produktif Islami yang Membawa Keberkahan 1. 🎯 Produktivitas Dimulai dari Niat “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim) Mulailah pekerjaan, studi, bahkan rutinitas rumah tangga dengan niat karena Alla...

🌌 Saat Bahagia Dipaksakan: Toxic Positivity dan Cara Islam Mengajarkan Kejujuran pada Perasaan

Gambar
🌧️ Di Balik Senyum yang Dipaksakan Namanya Aisyah. Ia baru saja kehilangan ayah tercinta. Saat mencoba bercerita, ia hanya mendengar: “Sabar ya... Jangan sedih, ayahmu sudah tenang di sana.” Kalimat itu dimaksudkan untuk menguatkan, tapi terasa seperti larangan untuk bersedih. Aisyah pun tersenyum—bukan karena tenang, tapi karena lelah menjelaskan perasaannya. Di era media sosial, kita hidup dalam budaya good vibes only . Ungkapan seperti: “Jangan baper dong!” “Tetap semangat ya!” “Bersyukur, jangan ngeluh terus...” ...menjadi respons cepat terhadap kesedihan. Padahal, bila dipaksakan, itu bisa jadi racun yang halus: toxic positivity . 📌 Apa Itu Toxic Positivity Menurut Islam? Toxic positivity adalah sikap yang menuntut kita untuk selalu terlihat positif, bahkan saat sedang terluka. Emosi seperti sedih, marah, kecewa dianggap salah atau tanda kelemahan. Akibatnya: Emosi ditekan, bukan diolah. Luka dipoles, bukan diobati. Air mata disembunyikan, bukan dihadapi. ...

🕌 Tips Islami agar Sibuk Tidak Bikin Burnout: Lebih Hadir, Lebih Berkah

Gambar
                                                  Hadir Seutuhnya di Tengah Aktivitas yang Tak Pernah Henti Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh. Segala puji hanya bagi Allah ﷻ yang masih memberi kita waktu, kekuatan, dan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, manusia paling sibuk namun paling tenang jiwanya, paling terhubung dengan langit sekaligus paling hangat dengan orang di sekitarnya. Dalam taushiah ini, kita akan merenungkan: Bagaimana caranya agar kesibukan kita tidak membuat kita menjauh dari Allah dan keluarga, tetapi justru menjadi ladang keberkahan dan ketenangan jiwa? “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari & Muslim) 🌐 Di Era Sibuk, Kita Diam-Diam Kehilangan Arah Hari ini, kita hidup dalam dunia yang nyaris tak kenal jeda. Notifikasi tak henti. Kalender padat...